BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sungai merupakan jalan air alami.
mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada
beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah
sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang
biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir
kelaut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri
dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak
sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama.
Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di
sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali
sebagai muara sungai.
Sungai
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es
/ salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian,
bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah,
bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat
ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet).
DAS juga merupakan suatu ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan
biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Cakupan luas suatu
DAS di bumi kita ini sangat bervariasi mulai dari beberapa puluh meter persegi
sampai dengan ratusan ribu hektar. Suatu DAS yang sangat luas seperti Amazon
biasanya disebut “ river basin” .
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sungai ?
2. Apa
yang dimaksud dengan DAS ?
3. Faktor
apa saja yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas air ?
C.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai sungai, Daerah Aliran Sungai,
Faktor yang mempengaruhi kuantits dan kualitas air. Di dalam makalah ini juga
akan dibahasmetode apa saja untuk menentukan kecepatan dan debit aliran. Diharapkan
dengan adanya penjelasan tersebut akan menambah wawasan mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Sungai
Sungai adalah air
tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang
lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah
pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali
berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan pengendapan di sepanjang sungai.
Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi.
Sungai
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es
/ salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
B.
Pengertian DAS
Daerah
Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1)
Daerah
Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Oleh karena itu,
pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan
DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada dasarnya merupakan usaha-usaha
penggunaan sumberdaya alam disuatu DAS secara rasional untuk mencapai tujuan
produksi pertanian yang optimum dalam waktu yang tidak terbatas (lestari),
disertai dengan upaya untuk menekan kerusakan seminimum mungkin sehingga
distribusi aliran merata sepanjang tahun (Marwah, 2001).
Daerah
Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung
gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungaisungai kecil ke sungai utama
(Asdak, 1995).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sungai
Sungai
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es
/ salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Sebuah
sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan
air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi
air hujan yang turun di daratan untuk mengalir
kelaut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri
dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak
sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama.
Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di
sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali
sebagai muara sungai.
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang
mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju
atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian
hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras
dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali berliku-liku karena
terjadinya proses
pengikisan dan pengendapan di sepanjang sungai. Sungai merupakan
jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai
yang lain. Sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi.
Dengan melalui Sungai merupakan cara
yang biasa bagi air hujan yang turun di
daratan untuk
mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau.
Air dalam Sungai umumnya terkumpul dari
presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di
beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula
dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai
akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan
dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
a) Proses
Terbentuknya Sungai
Air yang
berada di permukaan daratan, baik air hujan, mata air, maupun cairan gletser,
akan mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang lebih rendah. Mula-mula
saluran yang dilalui ini relatif sempit dan pendek. Namun, secara proses
alamiah aliran ini mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Akibatnya, saluran
ini semakin lama semakin lebar dan panjang, dan terbentuklah sungai.
1) Jenis-Jenis
Sungai
a. Menurut
Jumlah Airnya
1. Sungai
Permanen
Sungai Permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap, Contoh :
·
Sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam
di Kalimantan.
·
Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2. Sungai
Periodik
Sungai Periodik adalah sungai
yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya
kecil. Contoh :
·
Sungai Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah.
·
Sungai Progo dan Sungai Code di DI Yogyakarta.
·
Sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai
Episodik
Sungai Episodik adalah sungai
yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh : Sungai
Kalada di Pulau Sumba.
Yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
b. Menurut Pola
Alirannya
1) Pola Aliran Radial (Menjari)
Pola aliran ini berbentuk seperti jari, dibedakan menjadi dua yaitu radial sentrifugal dan radial sentripetal.
2) Pola Aliran Dendritik
Pola aliran ini tidak teratur, biasanya terdapat di daerah dataran atau daerah
pantai.
3) Pola Aliran Trelis
Pola aliran sungai ini menyerupai sirip. Sungai semacam ini terdapat di
daerah pegunungan lipatan.
4) Pola Aliran Rectanguler
Pola aliran sungai ini saling membentuk sudut siku, pada daerah patahan
atau pada batuan yang tingkat kekerasannya berbeda.
5) Pola Aliran
Anular
Pola aliran ini merupakan pola aliran yang semula merupakan aliran radial
sentrifugal, selanjutnya muncul sungai subsekuen yang sejajar, sungai obsekuen,
dan resekuen. Pola aliran ini terdapat di daerah dome stadium dewasa.
c.
Menurut
genetiknya:
3. Sungai obsekwen
yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai
konsekwen.
6. Sungai andesen
yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan
lapisan batuan yang dilalui.
7. Sungai anaklinal
yaitu sungai yang arah alirannya mengalami perubahan karena tidak mampu
mengimbangi pengangkatan lapisan batuan.
d.
Menurut
sumber airnya:
1. Sungai hujan
yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di Pulau Jawa dan
kawasan Nusa Tenggara.
2. Sungai gletser
yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Bnyak dijumpai di negara-negara
yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan Sungai Rhein di
Jerman.
3. Sungai campuran
yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es. Dapat dijumpai di
Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo.
b) Morfologi
Sungai
Morfologi sungai adalah ilmu
yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat dan
perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam dimensi ruang dan
waktu. Dengan demikian, morfologi sungai ini akan menyangkut juga sifat dinamik
sungai dan lingkungannya yang saling terkait.
c) Manfaat
Sungai
Air Sungai dimanfaatkan oleh
manusia untuk berbagai keperluan,misalnya untuk mencuci, memasak, mandi,
irigasi pertanian, dan sebagai sumber air minum. Hewan dan tumbuhan membutuhkan
air untuk kehidupannya. Selain itu, sungai-sungai besar digunakan sebagai
sarana transportasi yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Air
sungai juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
B.
Pengertian
Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).
Daerah
Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Oleh karena itu,
pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan
DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada dasarnya merupakan usaha-usaha
penggunaan sumberdaya alam disuatu DAS secara rasional untuk mencapai tujuan
produksi pertanian yang optimum dalam waktu yang tidak terbatas (lestari),
disertai dengan upaya untuk menekan kerusakan seminimum mungkin sehingga
distribusi aliran merata sepanjang tahun (Marwah, 2001)
Dalam
terminologi yang lain dalam bahasa Inggris pegertian DAS sering dipergunakan
istilah “ drainage area” atau “river basin” atau “catchment area” atau
“watershed”. Definisi DAS tersebut di atas pada dasarnya menggambarkan suatu
wilayah yang mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan
larut melalui titik yang sama sepanjang suatu alur atau sungai. DAS juga
merupakan suatu ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta
unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan
inflow dan outflow dari material dan energi. Cakupan luas suatu DAS di bumi
kita ini sangat bervariasi mulai dari beberapa puluh meter persegi sampai
dengan ratusan ribu hektar. Suatu DAS yang sangat luas seperti Amazon biasanya
disebut “ river basin” . Secara herarkis suatu DAS yang luas/besar biasanya
terdiri atas beberapa DAS yang lebih kecil. DAS-DAS yang lebih kecil tersebut
dinamai sub DAS dari DAS yang lebih besar. Sub DAS mungkin juga terdiri atas
beberapa sub-sub DAS.
1)
Sub DAS
Bagian dari
DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai
uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS.
2)
Sub DAS
Suatu wilayah
kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau
mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS.
3)
Sub-sub DAS
Suatu
wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, dimana air hujan meresap
atau mengalir melalui ranting aliran sungai yang membentuk bagian dari Sub DAS.
4)
Daerah Tangkapan Air (DTA)
Daerah
Tangkapan Air adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber
air di wilayah daerah.
5)
Daerah Tangkapan Air (DTA) kawasan di
hulu danau yang memasok air ke danau.
6)
Wilayah
sungai
Adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai
a)
Bagian Hulu DAS
Suatu wilayah
daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit
dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air
yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi
sedimen daerah hilir.
b)
Bagian Hilir DAS
Suatu wilayah
daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai,
merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial.
c)
Pembagian Daerah Aliran Sungai berdasarkan fungsi
Hulu, Tengah dan Hilir yaitu:
1)
bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi
yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak
terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2)
bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan
air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial
dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas
air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait
pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3)
bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan
air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial
dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian,
air bersih, serta pengelolaan air limbah.
d)
Neraca Air dalam Daerah Aliran Sungai
Daerah
aliran sungai (River Basin, drainage basin, watershed). Persamaan neraca air
dalam daerah aliran sungai dapat disederhanakan menjadi :
P = Qo + Ea ± ΔS
Keterangan :
P= Presipitasi yang jatuh kedalam
DAS
Qo= Aliran sungai yang keluar dari
DAS di outletnya
Ea= Evapotranspirasi
ΔS= Perubahan timbunan air dalam DAS
Gambar 21. Neraca Air Pada Daerah
Aliran Sungai
Neraca air
tersebut di atas menganggap tidak adanya masukan atau keluaran air dari DAS
yang disebelahnya. Kalau ada masukan ataupun keluaran yang terjadi karena
keadaan struktur geologi dan litologinya (batuan) maka persamaan neraca air
ditulis dengan persamaan :
P + Qsi = Qo
+ Qso + Ea + ΔS
Keterangan :
Qsi= Aliran masuk bawah permukaan
(Transbasin Ground Waterinflow)
Qso = Aliran keluar bawah permukaan
(Transbasin Ground water Outflow)
C.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Air.
1. Kuantitas
Kuantitas
air permukaan ditentukan oleh besarnya tangkapan air hujan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tangkapan air hujan adalah topografi, bentuk, ukuran, jenis tanah,
dan tata guna lahan di sekitar DAS. Topografi daerah penangkapan air dan
bentuknya menentukan waktu yang dibutuhkan hujan untuk mencapai sungai. Ukuran
daerah penangkapan, jenis tanah, dan tata guna guna lahan menentukan jumlah air
yang menuju ke sungai.
a.
Topografi
Topografi menentukan kecepatan air larian (run-off) yang akan mencapai sungai. Air hujan yang jatuh pada
area yang memiliki kemiringan yang tajam akan mencapai sungai lebih cepat
daripada area yang landai.
b.
Bentuk
Bentuk akan berkontribusi pada kecepatan dimana run-off akan mencapai sungai. Bentuk daerah penangkapan yang
panjang dan sempit akan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada bentuk
sirkular.
c.
Ukuran
Ukuran daerah penangkapan akan menentukan jumlah air yang mencapai sungai.
Semakin besar daerah penangkapan air hujan akan memperbesar potensi banjir.
d.
Jenis tanah
Jenis tanah akan menentukan berapa banyak air yang mencapai sungai. Jenis
tanah tertentu, seperti tanah berpasir akan lebih banyak menyerap air ke dalam
tanah daripada tanah berlempung (clay).
Namun, tanah memiliki kapasitas tertentu hingga berada dalam kondisi jenuh.
Akan tetapi, tanah yang banyak mengandung lempung yang hampir tidak tembus air
(impermeable) sehingga air akan
menjadi air larian (run-off)
dan berkontribusi pada volume banjir.
e.
Tata guna lahan
Tata guna lahan dapat mempengaruhi volume air yang mencapai sungai, pada
prinsipnya sama dengan tutupan lahan dimana tanah paving, dan jalan raya lebih
banyak menjadi air larian, sedangkan lahan perkebunan, sawah, dan hutan, air
akan cenderung lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah.
2. Kualitas
Sedangkan
pengertian kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur
dan atau diuji berdasarkan parameter- parameter tertentu dan metoda tertentu
berdasarkan peraturan perundang¬undangan yang berlaku. Kriteria mutu air adalah
tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air.
Menurut
Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 Kualitas air bersih meliputi kualitas secara
fisika, secara kimia, secara mikrobiologi dan kualitas secara radioaktivitas.
Sedangkan parameter-parameter yang harus terpenuhi meliputi :
1.
Parameter fisika meliputi: Bau, Rasa, Warna, Zat padat
terlarut dan Suhu.
2.
Parameter kimia meliputi: kimia Anorganik seperti Air
raksa, Arsen, Fluorida, Kadmium, Kesadahan (Ca CO3), Khlorida,
Kromium-Valensi-6, Mangan, Nitrat sebgai N, Nitrit sebagai N, pH, Selenium,
Seng, Sianida, Sulfat dan Timbal. Kimia Organik seperti Aldrin dan Dieldrin,
Benzene, Benzo (a) pyrene, Chlordane (total isomer), Chloroform, 2,4 D, DDT,
Detergen, ,2 Dichloroethane, 1,2 Dichloroethane, 1,1 Dichloroethane, Heptachlor
dan heptachlor epoxide, Hexachlorbenzene, Gamma-HCH (Lindane), Methoxychlor,
Pentachlorophenol, Pestisiotalda T, 3,4,6-Trichlorephenol, Zat Organik (KMnO4).
3.
Parameter Mikrobiologi meliputi: Total Caliform (MPN).
4.
Parameter Radioaktifitas meliputi: Aktivitas Alpha
(Gross Alpha Activity), Aktivitas Beta (Gross Beta Activity).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Air
1.
Kedalaman Permukaan Air tanah: Kedalaman permukaan air
tanah merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas suatu sumuran
atau tempat yang rendah. Ketiggian air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis
tanah, curah hujan, penguapan, dan kedalaman aliran perkukaan terbuka (sungai).
Kedalaman permukaan air tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri coliform
secara vertikal.
2.
Curah Hujan: Air hujan yang mengalir di permukaan
tanah dapat menyebabkan bakteri coliform yang ada di permukaan tanah terlarut
dalam air tersebut. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi
bergeraknya bakteri coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan
yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan terjadinya
pencemaran.
3.
Jenis Tanah: Jenis tanah berbeda mempunyai daya
kandung air dan daya melewatkan air yang berbeda pula. Daya kandung atau
kemampuan tanah untuk menyimpan air disebut porositas, yaitu rasio antara
pori-pori tanah dengan volume total tanah dan biasannya dinyatakan dalam satuan
persen, sedangkan kemampuan tanah untuk melewatkan air disebut permeabilitas,
yaitu jumlah air yang dapat dilewatkan oleh tanah dalam satuan waktu per satuan
luas penampang. Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada
penyebaran bakteri coliform, mengingat air merupakan alat tranportasi bakteri
dalam tanah. Makin besar permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan
air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran juga makin
besar.
Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan pada umumnya berkaitan dengan
hal-hal sebagai berikut:
·
Secara alamiah memang air tersebut tidak memenuhi
syarat, misalnya keruh, berwarna, berbau dan mengandung besi atau mangan dalam
kadar yang berlebihan/tinggi.
·
Lingkungan sekitar sarana air bersih yang dapat
mencemari air, misalnya terdapat jamban, pembuangan sampah, kandang ternak dan
genangan air kotor pada jarak kurang 11 meter.
·
Konstruksi sarana air bersih yang tidak memenuhi
persyaratan teknis seperti sumur gali tanpa dilengkapi bibir, dinding, lantai
dan saluran pembuangan air bekas yang kedap air.
D.
Metode
Pengukuran Aliran
a)
Kecepatan
Sungai
Pengukuran
Kecepatan Arus Sungai
Perlu
diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah horisontal
maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak
sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama dengan
kecepatan pada dasar alur.
Distribusi
Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar
saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan
permukaan (sampah)
D : aliran
cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran
lambat, dasar saluran halus
F : dasar
saluran kasar/berbatu
a)
Menentukan kecepatan aliran air (V)
1.
Memastikan semua peralatan dengan kondisi baik dan
siap digunakan.
2.
Memulai dengan menghanyutkan bola pimpong dengan jarak
5 meter dari batas pengukuran I ke arah hulu saluran.
3.
Menghidupkan stopwatch, saat bola pimpong tepat berada
di bawah tali batas daerah penampang .
4.
Mematikan stopwatch sesaat bola pimpong telah mencapai
tepat di bawah tali batas daerah penampung II.
5.
Mencatat
waktu untuk menempuh jarak dari daerah penampang I ke daerah penampang II (t).
6.
Menghitung kecepatan aliran air dengan menggunakan
rumus dimana :
V =
kecepatan aliran air sungai (m/detik)
D =
jarak antara daerah penampang I dengan II (meter)
t =
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak (detik)
b)
Debit
Aliran
Debit aliran
merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di
lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui
potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan
sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui
pendekatan potensi sumberday aair permukaan yang ada.
Dalam
praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan kecepatan
aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya sama
dengan kecepatan rerataV, sehingga debit aliran adalah:
Q
= AxV
Dengan
:
Q
=Debit Aliran (m3/s)
A
= Luas Penampang (m2)
V
= Kecepatan Aliran (m/s)
Metode
penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran langsung di
lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi
miring, dan diameter pada masing-masing saluran drainase dari yang berbentuk
trapesium, persegi, dan lingkaran. Variabel yang diamati adalah debit air pada
masing-masing saluran drainase.
Debit
air sungai merupakan tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur
permukaan air sungai ( Mulyana, 2007).
Debit
adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu
sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk
memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan
ke saluran yang telah disiapkan (Dumiary, 1992). Pada dasarnya debit air yang
dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh beberapa faktor – faktor yaitu
:
1)
Intensitas hujan
2)
Penggundulan hutan
3)
Pengalihan hutan
Pengukruan
debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu (Arsyad,1989):
a) Pengukuran
volume air sungai
b) Pengukuran
debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas
penampang melintang sungai
penampang melintang sungai
c) Pengukuran
dengan menggunakan bahan kimia yang dialirkan dalam sungai.
d) Pengukuran
debit dengan membuat bangunan pengukur debit.
Hidrograf aliran merupakan perubahan karakterisitik yang berlangsung
dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan adanya perubahan iklim
lokal ( Asdak, 1995). Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk kedalam alur
sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah permukaan,debit aliran
sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup , kemudian yang turun kembali
setelah hujan selesai. Grafik yang menunjukan naik turunnya debit sungai
menurut waktu disebut hidrograf, bentuk hidrograf sungai tergantung dari sifat
hujan dan sifat daerah aliran sungai ( Arsyad,2006). Terdapat tiga kemungkinan
perubahan debit sungai yaitu laju pertambahan air bawah tanah lebih kecil dari
penurunan aliran air bawah tanah normal, laju pertambahan air bawah tanah sama
dengan laju penurunannya, sehingga debit aliran menjadi konstan untuk
sementara, dan laju pertambahan air bawah tanah melebihi laju penurunan normal,
sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan debit sungai (Arsyad, 2006).
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam aluran tidak
sama arah horizontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran
pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat
permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran:
A : teoritis
B : dasar
saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan
permukaan (sampah)
D : aliran cepat,
aliran turbulen pada dasar
E : aliran
lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu
Debit air sungai adalah
tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai.
Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau
aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).
Sungai dari satu atau
beberapa aliran sumber air yang berada di ketinggian, umpamanya disebuah puncak
bukit atau gunung yg tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah
itu, kemudian terkumpul dibagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah
terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang
paling mudah tergerus air.
Selanjutnya air itu akan
mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah, mungkin mula mula merata,
namun karena ada bagian- bagian dipermukaan tanah yg tidak begitu keras, maka
mudahlah terkikis, sehingga menjadi alur alur yang tercipta makin hari makin
panjang, seiring dengan makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu.
Semakin panjang dan
semakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air yang
mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang banyak,
demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang
mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus ke
bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama kelamaan sungai itu akan semakin
lebar.
a)
Faktor Penentu Debit Air
Debit air merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan suatu DAS.
Pelestarian hutan juga penting dalam rangka menjaga kestabilan debit air yang
ada di DAS, karena hutan merupakan faktor utama dalam hal penyerapan air tanah
serta dalam proses Evaporasi dan Transpirasi. Juga pengendali terjadinya
longsor yang mengakibatkan permukaan sungai menjadi dangkal, jika terjadi
pendangkalan maka debit air sungai akan ikut berkurang.
Selain menjaga pelestarian hutan, juga yang tidak kalah pentingnya yang sangat penting kita perhatikan yaitu tingkah laku manusia terhadap DAS, seperti pembuangan sampah sembarangan.
Selain menjaga pelestarian hutan, juga yang tidak kalah pentingnya yang sangat penting kita perhatikan yaitu tingkah laku manusia terhadap DAS, seperti pembuangan sampah sembarangan.
1) Hal-hal
berikut ini adalah yang mempengaruhi debit air:
a) Intensitas
hujan.
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus
tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau kemarau
panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan bertambahnya debit air.
b) Pengundulan
Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan
tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah
tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air
tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai.
Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa
ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul
akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim
hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan
dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan
atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
c)
Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya
dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi.
Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid)
dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh
meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air
sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian mempunyai
kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor konservasi
tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
d) Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas
permukaan tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”) ke
atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi
terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap
kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah
mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap
bukan faktor penting dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran
sungai harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang
hilang sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional.
Penggantian dari satu jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda,
sebagai contoh, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
e) Evaporasi
dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok
yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa
dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini
dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari per mukan
air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap air
di udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi hujan, dengan adanya
hujan tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga.
b)
Metode Pengukuran Debit Air
Ada beberapa metode pengukuran debit aliran sungai
yaitu :
·
Area-velocity method
·
Tracer method
·
Slope area method
·
Weir dan flume
·
Volumetric methodArea
1)
Velocity
Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan
aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan
pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan
aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
2)
Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area
Methode)
·
kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan
pelampung (U)
·
luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran
lebar saluran (L) dan kedalaman saluran (D)
·
debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k
adalah konstanta
Q = A x k x
U
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung
3)
Pengukuran Debit
dengan Current-meter
Prinsip :
·
kecepatan diukur dengan current meter
·
luas penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran
kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat diukur dengan mistar
pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran :
Ada 4 cara
pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut Cara Pengukuran
Kecepatan Aliran
Keterangan :
Vs di ukur 0,3 m dari permukaan air
Vb di ukur 0,3 m di atas dasar
sungai
Kecepatan
aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya
(N = putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai
kalibrasi alat current meter. Hitung jumlah putaran dan waktu putaran
baling-baling (dengan stopwatch).
4)
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
Current
meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant
dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan
kecepatan yang sama.
Pengukuran
Debit dengan Metode Kontinyu Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan
kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar
sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.
Namun menurut Chay asdak metode pengukuran debit air di bagi dalam 4
katagori
1.
Pengukuran air sungai.
Biasanya dilakukan untuk aliran air (sungai) lambat. Pengukuran debit
dengan cara ini dianggap paling akurat, terutama untuk debit aliran lambat
seperti pada aliran mata air. Cara pengukurannya dilakukan dengan menentukan
waktu yang di perlukan untuk mengisi kontainer yang telah diketahui volumenya.
Prosedur yang biasa dilakukan untuk pengukuran debit dengan cara pengukuran
volume adalah dengan membuat dam kecil (atau alat semacam weir) disalah satu
bagian dari badan aliran air yang akan diukur. Gunanya adalah agar aliran air
dapat terkonsentrasi pada satu outlet. Di tempat tersebut pengukuran volume air
dilakukan. Pembuatan dam kecil harus sedemikian rupa sehingga permukaan air di
belakang dam tersebut cukup stabil. Besarnya debit aliran dihitung dengan cara:
Q =ν/t
Q = debit
(m3/dt)
ν = volume
air (m3)
t = waktu
pengukuran (detik)
2.
Pengukuran Debit Dengan Cara Mengukur Kecepatan Aliran
Dan Menentukan Luas Penampang Melintang Sungai.
Yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering
dikenal sebagai pengukur debit melalui pendekatan velocity-area method paling
banyak dipraktikan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai.
3.
Pengukuran Debit Dengan Menggunakan Bahan Kimia
(Pewarna) Yang Dialirkan Dalam Aliran Sungai.
Sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan
(turbulence). Untuk maksud-maksud pengukuran hidrologi, bahan-bahan penelusur
(tracers),
1)
Mudah larut dalam aliran sungai
2)
Bersifat stabil
3)
Mudah dikenali pada kosentrasi rendah.
4)
Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak
menimbulkan dampak (negatif) yang permanen pada badan perairan.
5)
Relatif tidak terlalu mahal harganya.
4.
Pengukuran Debit Dengan Membuat Bangunan Pengukur Debit
Seperti Weir (Aliran Lambat) Atau Aliran Air Cepat.
Persoalan yangsering muncul ketika melakukan pengukuran debit sungai
mendorong para ahli hidrologi mengembangkan alat/bangnan pengontrol aliran
sungai untuk tujuan pengukuran debit.bangnan tersebut antara lain, weir dan
flume. Cara kerja banganunan pengukur debit tersebut diatas adalah dengan
menggunakan kurva aliran untuk mengubah kedalaman aliran air menjadi debit.
Perbedaan pemakaian kedua alat tersebut adalah bahwa flume digunakan untuk
mengukur debit pada sungai dengan debit aliran besar, sering disertai banyak
sampah atau bentuk kotoran lainnya. Sedangkan aliran air kecil atau dengan
ketinggian aliran (h) tidak melebihi 50 cm. Biasanya dipakai weir. Aliran yang
melewati lempengan weir akan menunjukan besar kecilnya debit di tempat
tersebut. Kegunaan utama alat tersebut adalah untuk mengurani kesalahan dalam
menentukan hubungan debit (Q) dan tinggi muka air.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut,
danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya
terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan
arus sungai
di bagian hilir. Aliran sungai seringkali berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan pengendapan di sepanjang
sungai. Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi.
·
DAS (Daerah
Aliran Sungai) yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan.
·
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas
Air.
a)
Kuantitas
1.
Topografi
2.
Bentuk
3.
Ukuran
4.
Jenis tanah
5.
Tata guna lahan
b)
Kualitas
Mutu air adalah kondisi kualitas air
yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter- parameter tertentu dan metoda
tertentu berdasarkan peraturan perundang¬undangan yang berlaku. Kriteria mutu
air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air
1)
Kedalaman Permukaan Air tanah: Kedalaman permukaan air
tanah merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas suatu sumuran
atau tempat yang rendah. Ketiggian air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis
tanah, curah hujan, penguapan, dan kedalaman aliran perkukaan terbuka (sungai).
Kedalaman permukaan air tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri coliform
secara vertikal.
2)
Curah Hujan: Air hujan yang mengalir di permukaan
tanah dapat menyebabkan bakteri coliform yang ada di permukaan tanah terlarut
dalam air tersebut. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi
bergeraknya bakteri coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan
yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan terjadinya
pencemaran.
3)
Jenis Tanah: Jenis tanah berbeda mempunyai daya
kandung air dan daya melewatkan air yang berbeda pula. Daya kandung atau
kemampuan tanah untuk menyimpan air disebut porositas, yaitu rasio antara
pori-pori tanah dengan volume total tanah dan biasannya dinyatakan dalam satuan
persen, sedangkan kemampuan tanah untuk melewatkan air disebut permeabilitas,
yaitu jumlah air yang dapat dilewatkan oleh tanah dalam satuan waktu per satuan
luas penampang. Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada
penyebaran bakteri coliform, mengingat air merupakan alat tranportasi bakteri
dalam tanah. Makin besar permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan
air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran juga makin
besar.
DAFTAR PUSTAKA