Cari Blog Ini

Rabu, 04 Mei 2016

makalah Biogeografi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Tumbuhan sendiri berdasarkan pengelompokannya dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok yang pertama yaitu Phanerogamae secara terminologi dari bahasa latin ( phanos= tampak jelas, gamos= alat perkembangbiakan). Tumbuhan Phanerogamae ialah tumbuhan berbunga, karena dalam bunga terdapat putik dan benang sari sebagai  alat kawinnya, sehingga disebut juga Anthophyta. Karena tumbuhan ini menghasilkan biji, maka disebut juga Spermatophyta (Suroso, 1992: 2).
Kelompok kedua yaitu Cryptogamae ( kryptos= tersembunyi, gamos= alat perkawinan) ialah kelompok tumbuhan yang memiliki alat perkawinannya tersembunyi atau tidak jelas terlihat akibat sangat kecilnya. Tumbuhan ini dikenal dengan tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan tidak berbunga (Suroso, 1992: 3). Tumbuhan yang sangat kita kenal saat ini kebanyakan hanya kelompok tumbuhan berbunga atau Phanerogamae.
Tumbuhan Cryptogamae memiliki berbagai kelompok dan divisi yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Ada yang termasuk ke dalam kelompok Algae (alga), Fungi (jamur atau cendawan dan kapang), Bryophyta (lumut), Lichenes (Lumut kerak), dan Pteridophyta (Paku-pakuan). Kelompok Algae dan Fungi merupakan tumbuhan yang tidak bervaskuler (Thallophyta). Kelompok tumbuhan rendah yang memiliki vaskuler (pembuluh) adalah kelompok Bryophyta (lumut) dan Pteridophyta (paku). Bryophyta (lumut) merupakan tumbuhan rendah yang mulai hidup di darat dari segi evolusi dan merupakan tumbuhan peralihan. Disebut tumbuhan peralihan karena anggotanya memperlihatkan tanda-tanda adanyaperalihan dari bentuk thallus ke bentuk kormus.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah





BAB II
DASAR TEORI
A.    Pengertian Geografi Tumbuhan
Geografi tumbuhan dan hewan adalah salah satu cabang ilmu geografi. Menurut Fatchan (2013), berdasarkan atas arti kata geografi tumbuhan dan hewan berasal dari dua kajian cabang ilmu geografi serta ilmu pengetahuan tumbuhan dan hewan . Dengan demikian, sebenarnya terdapat kajian dua cabang ilmu yakni geografi hewan dan geografi tumbuhan.
Pengertian geografi tumbuhan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1)      R.B.hind
Geografi tumbuhan adalah suatu analisa penyebar pola tumbuhan di permuakaan bumi sehubungan dengan suhu,pengruh kehidupan dn unsur fisika lainnya (R.B Hind, 1843 dalam Maulana 2014).
2)      F.J.Meyen
Geografi tumbuhan adalah suatu studi yang secara khusus menyelidiki hubungan daerah asal,budaya dan manfaat utama tumbuh-tumbuhan sebagai sumber kemakmuran bangsa (F.J Meyen, 1846 dalam Maulana, 2014).
3)      Nicholas Polunin
Geografi Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tumbuhan di seluruh permukaan bumi, mengenai komposisinya, produktivitasnya setempat, dan khususnya mengenai agihannya (Polunin, 1966: 2).
4)      Achmad Fatchan
Geografi tumbuhan (phytogeography atau plant geography) berasal dari kata phyto atau plants= ‘kehidupan hayati’/ ‘tanaman’ dan geography=’ilmu tentang bumi’ (keruangan, kewilayahan, kelingkungan, manusia). Komponennya mempelajari tentang bumi dengan berbagai gejalanya, manusia dan makhluk hidup tumbuhan, interaksi di antaranya, penyebaran tumbuhan terkait dengan kondisi: kondisi iklim, tanah, geologi, geomorfologi, kondisi aktifitas tumbuhan (Fatchan, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian geografi tumbuhan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa geografi tumbuhan adalah suatu studi tentang tumbuhan di bumi, mengenai asal-usulnya, penyebarannya serta perannya sebagi sumber kemakmuran bagi manusia di suatu daerah. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat F.J Meyen yang menyatakan bahwa Geografi tumbuhan adalah suatu studi yang secara khusus menyelidiki hubungan daerah asal,budaya dan manfaat utama tumbuhan-tumbuhan sebagai sumber kemakmuran bangsa. Di dalam teorinya tetap tidak meninggalkan unsur keterkaitan antara tumbuhan dengan manusia, dengan kata lain beliau tetap memperhatikan kaitan antara physical dan human, dibuktikan dengan kalimat di akhir teorinya yaitu “tumbuh-tumbuhan sebagai sumber kemakmuran bangsa”
Geografi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena tumbuhan dalam hal persamaan maupun perbedaan dalam kaitannya dengan kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Demikian juga dengan geografi hewan adalah sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena dunia hewan yang berkaitan dengan aspek kelingkungan maupun kewilayahan dalam konteks keruangan.
Objek kajian geografi tumbuhan adalah tumbuhan yang sifatnya natural dan bukan tumbuhan yang sudah mendapatkan perlakuan khusus atau rekayasa oleh manusia.
Selanjutnya geografi tumbuhan juga menitikberatkan kajiannya pada bioklimatologis daripada aspek evolusi maupun penyusunan tumbuhan pada masa geologi.


















BAB III
PEMBAHASAN
A.    Klasifikasi dan Tatanama
Keanekaragaman tumbuhan yang hampir tidak terbatas yang menghuni bumi ini, perlu tumbuan ini dipilih-pilih menjadi kelompok yang dalam masing-masing kelompok itu tumbuhan tampak menunjukkan kekerabatan paling dekat, atau setidak-tidaknya dari luar menunjukkan kemiripan yang paling besar. Kelompok ini selanjutnya digabung dalam kelompok yang lebih besar, demikian seterusnya, untuk menciptakan system klasifikasi dengan hierarki (urutan bertingkat-tingkat) tertentu, yang kita fikirkan pula sebagai pencerminan sejarah evolusi. Jadi, warga suatu kelompok yang sangat mirip satu sama lain, barangkali mempunyai kekerabatan (hubungan darah) dalam arti merupakan “keturunan nenek moyang” yang sama dalam bahasa geologi yang tidak begitu berjauhan memang dalam beberapa contoh, hubungan demikian itu telah dapat didemonstrasiakan secara eksprimental. Ahli-ahli biologi, termasuk ahli-ahli tumbuhan, dalam beberapa hal barangkali tidak sepaham mengenai definisi-definisi, nama-nama, dan batas-batas mengenaihierarki kelompok-kelompok ini, tetapi untuk keperluan umum (dan menurut urutan ke bawah dari yang besar ke kecil, kelompok-kelompok itu terdaftar sebagai berikut :
a.       Divisi
Divisi (division) atau filum (phylum) kelompok besar peringkat tertinggi dalam pengklasifikasian tumbuhan, dengan nama-nama yang biasanya berakhiran –phyta, yang lazim diakui adalah Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta, dan masing-masing terdiri atas satu atau beberapa.
b.      Kelas
Kelas (classis), unit berikutnya yang diakui, dengan contoh-contoh yang banyak sekali urain-urain selanjutnya, dan masing-masing terdiri atas satu atau beberapa.
c.       Bangsa
Bangsa (ordo), masing-masing mempunyai nama dengan akhiran ales, dan pada gilirannya terdiri atas satu atau sejumlah.


d.      Suku
Suku (familia), yang suku-suku ini, kecuali beberapa contoh yang telah lama dikenal , mempunyai nama-nama yang berakhiran aceae. Biasanya warna suatu suku seluruhnya mempunyai satu atau beberapa cirri khas (yang mudah dikenal), yang merupakan “cap” bersama, suku-suku itu dibedakan dalam satu atau sejumlah.
e.       Marga
Marga (genus), yang anggota-anggotanya dalam sejumlah sifat-sifatnya sangat mirip satu sama lain, dan amsing-masing terdiri atas satu atau beberapa.
f.       Jenis
Jenis (species), yang mewakili unit terkecil dalam klasifikasi yang dipakai secara umum, merupakan unit yang warganya menunjukkan kemiripan yang luas. Ahli-ajli biologi berbeda-beda dalam konsepsinya mengenai apa yang disebut suatu jenis, dan memang istilah jenis itu sangat tidak memungkinkan pemberian definisiyang memuaskan. Bagaimanapun, untuk sebagian besar hewan dan tumbuhan, secara kasar mencakup semua individu yang mampu mengadakan perkembangan perkembangbiakkan dengan sesamanya, tetapi setidak-tidaknya tidak secara bebas, dapat melakukan hal itu dengan warga jenis lain. Individu-individu (anggota populasi) dalam suatu jenis sama sekali tidak identik satu sama lain, tetapi merupakan suatu populasi yang sedikit banyak bersifat variable dan didalamnya sering dapat dikenali adanya satuan-satuan yang disebut anak jenis (subspecies, yang dinyatakan dengan singkatan subsp. Atau ssp), atau suatu satuan yang lebih rendah lagi, yaitu varietas (varietas, biasanya disingkat var.), dan forma (forma, yang disingkat f.)
Seperti halnya dengan jenis yang dapat dibagi dalam anak jenis, demikian pula golongan-golongan yang lebih besar, yang sering juga di bagi dalam unit yang lebih kecil yang namanya mempunyai awalan anak, misalnya anak divisi, anak kelas, dst. Individu (individuum) merupakan unit terkecil, tetapi mengingat tidak mungkin terdapat dua individu tumbuhan persis identik satu sama lain, unit klasifikasi terkecil yang masih dikenal adalah biotipe (biotype) yang terdiri  atas individu-individu yang mempunyai susunan genetik yang sama. Jadi, kebanyakan jenis-jenis tersusun atas sejumlah besar biotipe yang sedikit berbeda dalam pewarisan sifat-sifatnya.
Nama ilmiah setiap jenis tumbuhan biasanya tersusun atas dua kata Latin atau dua kata yang di-Latinkan (diperlakukan sebagai kata Latin), yang kata pertama merupakan nama marga yang membawahi jenis itu dan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificieum)-nya, biasanya mempunyai konotasi yang bersifat deskriptif atau menunjukkan sejarahnya. Huruf pertama kata pertama atau nama marganya, selalu ditulis dengan huruf besar (kapital), sedang huruf pertama penunjuk jenisnya, sekarang biasanya dibiarkan ditulis dengan huruf kecil. Sayangnya, nama dalam bahasa inggris atau “nama popular” –nya adalah terlalu kurang dapat diandalkan untuk diterapkan secara luas, khusunya karena nama yang sama mungkin digunakan untuk tumbuhan yang berbeda di tempat yang berbeda atau oleh orang yang berbda, juga karena tidak diinginkan adanya tumbuhan yang sama yang  dikenal   dengan nama yang berbda ditempat yang berbeda atau kadang-kadang ditempat yang sama.
B.     Schizophyta
C.    Thallophyta
D.    Lumut (Bryophyta)
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophytadapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut (Gradstein, 2003). Termasuk  divisi bryophyte, berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut“, pada umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya.
Byophyta  adalah  kelompok  tumbuhan  yang  sederhana  yang  hidup  di  tempat-tempat  basah atau lembab di darat. Tumbuhan ini banyak dijumpai  di tebing-tebing tanah, batuan, di hutan, di tepi sungai dan di cabang pepohonan sebagai epifit.
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar sejati,  lumut melekat pada  substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda.
 
Gambar . Tumbuhan lumut dengan sporofit muda dan bagian-bagian lumut
a.       Ciri-ciri umum tumbuhan lumut
Tumbuhan lumut mempunyai bagian-bagian tubuh yang menyerupai akar, batang dan daun, tetapi  bagian-bagian  tersebut bukanlah  akar,  batang dan  daun  sejati.  Sehingga  tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan dari thallophyta (tumbuhan thallus) dan kormophyta (tumbuhan kormus). Bagian yang menyerupai akar disebut rhizoid, yang berupa selapis sel berbentuk halus dan tumbuh ke arah bawah dari pangkal batangnya. Rhizoid berfungsi untuk melekatkan diri di tempat hidupnya dan untuk menyerap air dan mineral dari dalam tanah.
Tumbuhan  lumut  hidup  berkelompok,  sangat  berdekatan  satu sama  lain.  Dengan  cara  ini mereka  saling  menunjang  pada  tanah,  kayu  atau  batuan  tempat  mereka  tumbuh  dan  menahan air dalam kelompoknya.
b.      Klasifikasi Lumut
Digolongkan menjadi 2 kelas, namun berdasarkan penelitian terbaru maka lumut dibagi menjadi 3 kelas yaitu Musci, Hepaticeae, dan Anthoce roraceae.
1)      Lumut daun/ Musci
Lumut daun banyak terdapat  di tempat-tempat lembab, mempunyai struktur seperti akar yang disebut rizoid dan struktur seperti daun.
Siklus hidup lumut mengalami perganrian antara generasi haploiddan diploid.
Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek dan hidup tergantung pada gametofit, contoh lumut ini antara lain : Polytricum juniperinum, Furaria, PogonatumCirratum, Aerobrysis longissima, dan lumut gambut Sphagnum.
Gambar. Spagnum, dan Polytricum juniperinum
2)      Lumut hati (Hepaticeae)
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorphadan Porella.
Gambar. Marchantia polymorpha dengan anteridium dan arkegonium
3)      Lumut tanduk (Anthocerotaceae)
Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros laevis.
c.       Peranan tumbuhan lumut
·         Penyedia oksigen
·         Penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons)
·         Penyerap polutan.
·         Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya.
·         Tanaman hias
·         Menahan erosi
·         Mengurangi bahaya banjir
·         Mampu menyerap air pada musim kemarau.
·         Obat hepatitis ex. Lumut hati
E.     Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Pteridophyta  adalah  tumbuhan  paku  yang  menghasilkan  spora  dan  umumnya mempunyai susunan daun yang membentuk bangun sayap serta pada bagian pucuk tumbuhan itu  terdapat  bulu-bulu.  Tumbuhan  paku  memperlihatkan  pergiliran  keturunan  yang  sangat jelas,  dimana  fase  gametofitnya  berumur  pendek  dengan  ukuran  yang  kecil  dan  masih berbentuk thallus yang disebut protalium. Adapun fase sporofitnya terlihat jelas dan dominan. Fase ini adalah bentuk tumbuhan yang biasa kita lihat, yaitu tumbuhan paku.
Daun tumbuhan paku ada dua macam, yaitu tropofil dan sporofil. Tropofil adalah daun yang  khusus  berfungsi  untuk  melakukan  proses  fotosintesis  dan  tidak  mengandung  spora, sedangkan  sporofil  adalah  daun  yang  berfungsi  untuk  menghasilkan  spora.  Ada  juga  yang dikenal  dengan  troposporofil,  dimana  dalam  satu  tangkai  daun,  anak-anak  daun  ada  yang menghasilkan  spora  dan  ada  yang tidak  menghasilkan  spora.  Bentuk  sporofil  ini  ada  yang mirip dengan tropofil dan ada juga yang sangat berbeda dengan bentuk strobilus. Berdasarkan hal  ini  tumbuhan paku  dapat  dibedakan menjadi  tumbuhan  paku  homofilum  dan tumbuhan paku heterofilum.
Spora  tumbuhan  paku  yang  memiliki  perbedaan  baik  bentuk,  ukuran,  maupun sifatnya,  dibedakan  menjadi  tumbuhan  paku  homospora,  tumbuhan  paku heterospora,  dan tumbuhan paku peralihan (memiliki sifat keduanya, baik tumbuhan paku homospora maupun heterospora).  Pada  tumbuhan  paku  heterospora  akan  dihasilkan  jenis  spora  yang disebut makrospora  dan  mikrospora  yang  mempunyai  perbedaan  sifat.  Pada  tumbuhan paku homospora hanya dihasilkan satu jenis spora pada sporangiumnya.
Susunan atau letak sporangium pada tumbuhan paku ada beberapa macam. Ada yang tersusun  dalam  sorus,  strobilus,  dan  sporokarpium.  Badan-badan  penghasil  sporokarpium tersebut  ada  yang  letaknya  di  ketiak  daun  atau  cabang,  di  ujung  cabang,  atau di  helaian daunnya.  Sporangium  yang  berkumpul  menjadi  satu  membentuk  sorus.  Sorus yang  masih muda  ditutupi  selaput  pelindung  yang  disebut  indusium.  Bentuk  indusium  berbeda  sesuai dengan  jenisnya.  Sporangium  berukuran  sangat  kecil,  sejumlah  sel  penutupnya berdinding tebal dan membentuk cincin yang disebut anulus.
Bila sporangium kering, anulus membuka dan terlemparlah spora-spora. Spora jatuh pada  tempat  yang  lembab  dan  kemudian  akan  tumbuh  menjadi  protalium. Selanjutnya protalium akan tumbuh dan berkembang kemudian menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium akan menghasilkan spermatozoid dan arkagonium akan menghasilkan ovum.
Selanjutnya perkawinan antara spermatozoid dan ovum akan menghasilkan zigot.  Zigot  akan  tumbuh  menjadi  tumbuhan  paku  muda.  Proses  pembuahan  ovum  oleh  sel  telur umumnya  dibantu  oleh  air.  Zigot  yang  dihasilkan  berkutub  satu,  sehingga akarnya  tidak berkembang seperti tumbuhan biji.
1)      Karakteristik Tumbuhan Paku
a.       Ciri-Ciri Umum
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan kormus berspora, artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tumbuhan ini disebut Pteridophyta yang berasal dari bahasa Yunani. Pteridophyta diambil dari  kata  pteron  yang  berarti sayap, bulu dan phyta yang berarti tumbuhan. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai tumbuhan paku.
Sesuai  dengan  artinya  pteridophyta mempunyai  susunan  daun  yang  umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan atau melingkar.
Tumbuhan  paku memperlihatkan pergiliran keturunan yang  jelas dan  menghasilkan spora seperti  halnya  pada  filum  bryophyta. Namun pada  pteridophyta fase gametofitnya sangat kecil dan masih berbentuk thallus  yang  disebut  protalium  (berupa lembaran  kecil) sehingga tidak terlihat jelas.
Sifat prothallium pada tumbuhan paku tergantung pada sifat sporanya. Selain itu pada tumbuhan paku, fase gametofitnya lebih singkat daripada fase sporofitnya.
Adapun fase sporofitnya terlihat jelas. Fase inilah yang sering kita lihat dan kita kenal sebagai tumbuhan paku.
b.      Morfologi
Tumbuhan ini disebut tumbuhan kormus karena sudah menyerupai  tumbuhan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari bentuk tumbuhan ini sendiri, yaitu :
a)      Batangnya bercabang-cabang, ada yang berkayu serta mempunyai tinggi hampir 2 meter.
b)      Sudah  memiliki  urat-urat  daun,  ada  juga  yang  tidak  berdaun  atau  daun  serupa sisik.
c)      Rhizoidnya sudah berkembang menjadi bentuk akar yang sebenarnya.
d)     Sudah  memiliki  berkas  pembuluh  (xylem  dan  floem)  dengan  tipe  radial  atau konsentris.
Bentuk  daun  pada  tumbuhan  paku  muda dan dewasa berbeda.  Pada tumbuhan paku muda daun akan menggulung, sedangka pada tumbuhan  paku  dewasa daunnya dapat dibedakan menjadi :
a)      Trofofil : Daun khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora.
b)      Sporofil : Daun penghasil spora.
c)      Trofosporofil : Dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora.
Pada tumbuhan paku picisan daunnya memiliki sporofil yang  bentuknya lebih panjang atau bebeda dengan tropofilnya, tumbuhan paku  tersebut termasuk kedalam paku heterofil. Sedangkan pada tumbuhan paku yang memiliki daun yang bentuknya sa ma disebut paku homofil.
Spora pada tumbuhan paku dihasilkan oleh  sporangium. Sporangium pada tumbuhan paku umumnya membentuk suatu kumpulan. Berkumpulnya sporangium pada tumbuhan paku bermacam-macam, antara lain adalah sebagai berikut :
a)      Sorus  :  Sporangia dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup  (insidium). Letak sori pada setiap bangsa tumbuhan paku berbeda.
b)      Strobilus : Sporangia membentuk suatu karangan bangun kerucut  bersama sporofilnya.
c)      Sporokarpium : Sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelum).
c.       Habitat
Tumbuhan paku ada yang hidup  sebagai  saprofit  dan  ada  pula  yang epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), daerah tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).
2)      Klasifikasi Tumbuhan Paku
a.       Kelas Psilotiinae
Kelas  psilotiinae  sering  disebut  sebagai  paku  telanjang,  psilos  yang berarti telanjang.  Hal  ini  disebabkan  karena  tumbuhan  paku  ini  masih  tergolong  tumbuhan primitif  dan   tidak  memiliki  daun.  Sebaian  anggota  dari  tumbuhan  paku  ini  sudah punah.  Kelas  ini  mempunyai  sporangium  yang  dibentuk  diketiak  buku.  Contohnya adalah Psilotum.
Gambar. Psilotum
b.      Kelas Lycopodiinae
Kelas Lycopodiinae mempunyai daun yang serupa rambut atau sisik dan duduk daunnya  tersebar.  Paku  ini  juga  memiliki  batang  yang  seperti  kawat.  Karena  itulah paku ini sering disebut sebagai paku kawat. Sporangium pada Lycopodiinae tersusun dalam  strobilus  dan  sibentuk  diujung  cabang. Contohnya  Lycopodium  dan Selaginella.
Gambar. Lycopodium
Gambar. Selaginella
c.       Kelas Equisetiinae
Equisetiinae  berasal  dari  kata  equus  yang  berarti  kuda  dan  seta  yang berarti tangkai. Anggota paku Equisetiinae memiliki daun  yang  serupa sisik dan transparan yang susunannya berkarang (dalam satu lingkaran). Batangnya berongga dan berbuku buku atau beruas.
Kelas Eqisetiinae memiliki sporangium yang  tersusun dalam  stobilus  dan mempunyai bentuk seperti ekor  kuda. Sporanya memiliki elater  sebanyak  4  buah. Contohnya adalah Equisetum.
Gambar  Equisetum
d.      Kelas Filiciinae
Filiciinae berasal dari kata filix yang berarti tumbuhan paku sejati. Tumbuhan paku ini mempunyai daun yang berukuran besar dan duduk  daunnya menyirip. Tumbuhan  paku pada  kelas  ini  ada  yang  hidup  di  air  dan ada yang hidup di darat. Tumbuhan paku yang hidup di darat sporangiumnya terbentuk dalam sorus, sedangkan yang hidup di air  sporangiumnya  terbentuk  dalam  sporokarpium. Tumbuhan  paku pada  kelas  ini juga mempunyai daun  muda yang  menggulung  dan  sorus dibentuk dibawah permukaan daun. Contohnya adalah Nephrolepis, Dryopteris.
3)      Peranan Tumbuhan Paku
Banyak tumbuhan paku memiliki manfaat dan peranan penting dalam  kehidupan manusia, antara lain :
a.       Tanaman hias : Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa),  Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis, Alsophoila (paku tiang) dan lainnya.
b.      Bahan  obat  :  Equisetum  (paku  ekor  kuda)  untuk  antidiuretik  (lancar  seni), Cyclophorus  ,  untuk  obat  pusing  dan  obat  luar,  Dryopteris  untuk  obat  cacing  pita, Platycerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium untuk antidiuretik dan pencahar lemah dari sporanya.
c.       Bahan sayuran :  Marsilea  (semanggi),  Pteridium aquilinum  (paku garuda), dan lainlain.
d.      Kesuburan tanah : Azolla pinnata, karena mampu bersimbiosis dengan Anabaena (alga biru) sehingga dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.
e.       Gulma pertanian : Salvinia natans (kayambang), pengganggu tanaman padi.

F.     Tumbuhan Biji
Spermatophyta merupakan anggota plantae sejati dan menghasilkan biji untuk perkembangbiakannya (kormofitaberbiji ) sedang alat perkembangbiakannya tampak jelas dapat diamati sehingga disebut sebagai Phanerogamae. Tumbuhan berbiji meliputi semua tumbuhan yang menghasilkan biji. Tumbuhan ini memiliki arti penting bagi organisme lain di bumi. Bahan makanan manusia dan hewan banyak yang berasal dari tumbuhan berbiji.
Tumbuhan  ini  menghasilkan  biji  sebagai  lat  perkerkembangbiakan.  Tumbuhan  ini  sering  disebut sebagai tumbuhan bunga, karena selama siklus hidupnya  menghasilkan alat kelamin berupa bunga
yang berwarna warni.
a.       Ciri – ciri Umum
a)      Disebut tumbuhan berbiji karena menghasilkan biji, dan termasuk tumbuhan kormophyta (memiliki akar, batang, dan daun sejati), dan menghasilkan bunga  sehingga disebut Anthophyta.
b)      Memiliki plastida yang mengandung klorfil a dan b, sehingga bersifat autotrof.
c)      Termasuk sel eukariotik dan mempunyai dinding sel yang tersusun dari selulose, hemiselulose, lignin.
d)     Merupakan organisme bersel banyak (multiseluler)
e)      Memiliki berkas pengangkut, berupa xylem (mengangkut air dan mineral dari tanah) dan floem (mengangkat zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh).
b.      Perkembangbiakan  (reproduksi)
Perkembangbiakan secara generatif/seksual dengan membentuk biji yang diawali dengan pembentukan gamet (gametogenesis), penyerbukan (polinasi), peleburan gamet jantan dan betina (fertilisasi) yang menghasilkan Misal, kemudian menjadi embrio.
Perkembangan secara vegetatif/aseksual dengan organ-organ vegetatif (tunas, tunas adventif, rhizoma, stolon).



c.       Klasifikasi Spermatophyta
a)      Gymnospermae (Tumbuhan biji terbuka)
Disebut biji terbuka karena biji tidak tertutup oleh daging buah. Umumnya memiliki struktur daun tebal, banyak cabang, tudung daun membentuk konifer/kerucut. Belum memiliki bunga sesungguhnya. Reproduksi generatif  terjadi satu kali pembuahan (pembuahan tunggal) yang menghasilkan zygot. Waktu antara penyerbukan dan pembuahan berlangsung relatif lama.
Gymnospermae dibedakan menjadi beberapa kelompok , yaitu :
·         Cycadophyta/Cycadales, batang tidak bercabang, daun-daun majemuk tersusun sebagai tajuk di pucuk pohon. Contoh : Cycas rumpii (pakis haji).
·         Pinophyta/Coniferales, memiliki tudung daun berbentuk kerucut (konifer), alat reproduksi berupa strobilus (pada jantan maupun betina), daun berbentuk jarum.  Contoh : Aghatis alba (damar), Cupressus sp, Araucaria sp, Juniperus sp, Pinus merkusii
·         Gnetophyta/Gnetales, batang memiliki banyak cabang, daun tunggal berhadapan, bunga berkelamin tunggal.Misal : Gnetum gnemon (mlinjo)
·         Ginkophyta, pohon dengan tunas pendek, daun berbentuk pasak/kipas dan bertangkai daun. Merupakan tumbuhan asli di negara Tiongkok.
Gambar. Tumbuhan Biji
b)     Angiospermae (Tumbuhan biji tertutup)
Disebut biji tertutup karena biji terbungkus oleh daging buah. Memiliki alat reproduksi berupa bunga sempurna (benangsari, putik, bakal buah, bakal biji, mahkota, kelopak, dan tangkai). Reproduksi generatif mengalami dua kali pembuahan (pembuahan ganda) yang menghasilkan zygot (pembuahan inti generatif/sperma dengan ovum) dan endosperm (pembuahan inti generatif/sperma dengan kandung lembaga skunder).
Angiospermae dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu :
1)      Kelas Monokotiledonae (Biji berkeping satu)
Umumnya berupa tumbuhan herba semusim atau setahun, memiliki kotiledon tunggal/berkeping satu, batang tidak bercabang / bercabang sedikit dan tidak memiliki kambium, berkas pengangkut tersusun tidak teratur (tersebar), tipe kolateral tertutup, tulang daun melengkung/sejajar, memiliki akar serabut, Bunga memiliki bagian-bagian dengan kelipatan 3, bentuk bunga tidak beraturan, dan warna tidak mencolok.
Terdiri dari beberapa famili :
·         Liliaceae, Misal : Lilium sp (lilia), Alium cepa (bawang besar), Alium sativum (bawang putih), Alium ascolonicum (bawang merah).
·         Palmae (keluarga palem), Misal : Cocos nucifera (kelapa), Phoenix sp (kurma)
·         Graminae (keluarga rumput-rumputan), Misal : Oryza sativa (padi), Zea mays (Jagung), rumput, bambu, dan sebagainya.
·         Orchidaceae (keluarga anggrek), Misal : Cattleya sp, Dendrobium sp, Arundina sp, Epidendrum sp, Vanilia planifolia (vanili)
2)      Kelas Dikotiledonae (Biji berkeping dua)
Umumnya berupa tumbuhan menahun (berkayu), memiliki kotiledon ganda/berkeping dua, umumnya batang bercabang, memiliki kambium, berkas pengangkut tersusun secara teratur (bersebelahan), tipe kolateral terbuka,  tulang daun menjari/menyirip, memiliki akar tunggang, Bunga memiliki bagian-bagian dengan kelipatan 4 atau 5, bentuk bunga beraturan, dan umumnya memiliki warna mencolok
Terdiri dari beberapa familia, yaitu :
·         Caryophyllaceae, Misal : Dianthus chinensis.
·         Magnoliaceae, Misal : Magnolia grandiflora (cempaka putih).
·         Rosaseae, Misal : Rosa hybrida ( bunga maqar)
·         Leguminoceae, Misal : Leucena glauca (lamtoro), Parkia specinosa (petai), Tamarindus indica (asam).
·         Malvaceae, Misal : Hibiscus rosa-sinensis (bunga sepatu), Glossipium obtusifolium (kapas).
·         Umbelliferae, Misal : Centella asiatica (talas)
·         Solanaceae, Misal : Solanum tuberosum (kentang), Orthosiphon grandiflorus (kumisal kucing).
·         Compositae, Misal : Ageratum sp (babandotan), Helianthus annus (bunga matahari), Nicotiana tabaccum (tmebakau), Capsicum sp (cabe), Lycopersicum esculentum (tomat), dan sebagainya
https://aslam02.files.wordpress.com/2012/04/spermatophyta-gymnosp1.jpg?w=545&h=315
d.      Reproduksi Angiospermae
Reproduksi pada tumbuhan angiospermae meliputi :
·         Reproduksi Generatif
Dalam siklus hidupnya ada beberapa tahapan, antara lain :
·         Gametogenesis, yaitu pembentukan gamet (sel kelamin).  Terjadi di bagian bunga
·         Penyerbukan (Polinasi), yaitu jatuhnya/melekatnya serbuk sari pada kepala putik (pada Angiospermae) atau melekatnya  serbuk sari pada bakal buah (Gymnospermae).

 Macam Penyerbukan :
1)      Berdasar asal serbuk sari
·         Autogami (penyerbukan sendiri) yaitu bila serbuk sari berasal dari bunga yang sama (satu bunga). Bila bunga belum mekar disebut kleistogami.
·         Geitonogami (penyerbukan tetangga) bila serbuk sari berasal dari bunga lain tapi masih satu individu.
·         Alogami ( xerogami ) atau penyerbukan silang, yaitu bila serbuk sari berasal dari individu lain tapi masih dalam satu jenis.
·         Bastar (hibridogami) , yaitu bila serbuk sari berasal dari yang lain jenis.
2)      Berdasar Faktor yang membantu:
·         Anemogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan angin. Ciri bunga : serbuk sari kering, lembut, banyak, tidak memiliki mahkota bunga.
·         Hidrogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan air.
·         Zoidiogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan hewan.
·         Kiropterogami , yaitu penyerbukan dengan bantuan kelelawar. Ciri : bunga yang mekar di malam hari.
·         Entomogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan serangga. Ciri : bunga yang menghasilkan nektar / polen / madu.
·         Ornitogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan burung.
·         Malakogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan siput (molusca).
·         Antropogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan manusia. Ciri : bunga yang tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri. Hal ini disebabkan benang sari atau putik tidak matang bersamaan. Protandri, yaitu bila benang sari masak lebih dahulu daripada putik. Protogeni, yaitu bila putik masak lebih dahulu daripada benang sari.
·         Pembuahan (fertilisasi), yaitu proses peleburan gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (ovum).
Setelah penyerbukan, sperma bergerak ke arah sel telur melalui buluh serbuk sari, selanjutnya terjadi peleburan inti sel telur dan inti sperma di dalam ovula.  Ovula adalah struktur sporofit yang mengandung megasporangium dan gametofit betina. Pembuahan antara gamet jantan dan betina akan menghasilkan embrio (lembaga). Berdasarkan peristiwa itu, tumbuhan biji disebut juga embriophyta siphonogama, yaitu tumbuhan yang memiliki embrio dan perkawinannya terjadi melalui pembentukan suatu bulu. Embrio pada tumbuhan biji bersifat bipolar (dwipolar), karena pada satu kutubnya akan tumbuh dan berkembang membentuk batang dan daun, sedangkan kutub lain membentuk sistem perakaran.
Ada 2 macam pembuahan pada tumbuhan berbiji :
·         Pembuahan Tunggal (pembuahan yang terjadi satu kali pembuahan),  yaitu peleburan gamet jantan dan gamet betina yang menghasilkan embrio. Terjadi pada tumbuhan Gymnospermae.
·         Pembuahan Ganda (pembuahan yang terjadi dua kali pembuahan),  yaitu :
Ø  peleburan inti sperma >< ovum , menghasilkan zygot  —> embrio.
Ø  peleburan inti sperma >< kandung lembaga skunder , menghasilkan endosperm (untuk cadangan makanan). Terjadi pada tumbuhan Angiospermae.
·         Reproduksi Vegetatif
yaitu cara reproduksi tanpa melalui perkawinan (fertilisasi) gamet jantan dan betina. Sifat dari reproduksi vegetatif adalah menghasilkan keturunan yang identik (sifat sama) dengan induknya.
Reproduksi Vegetatif dapat terjadi secara :
a.       Alami,  cara perbanyakan yang dilakukan oleh organ vegetatif  tumbuhan tanpa bantuan manusia.Organ vegetatif yang berperan antara lain :
b.      Rhizoma (rimpang/akar tinggal), yaitu batang yang menjalar  secara horisontal dalam tanah menyerupai akar. Misal : bunga tasbih, kunyit, jahe, alang-alang.
c.       Stolon (geragih), yaitu batang yang menjalar di atas tanah. Misal : arbei (stroberi), daun kaki kuda (Centela asiatica)
d.      Umbi Lapis (Bulbus), yaitu batang berukuran pendek yang dikelilingi daun berlapis-lapis. Misal: bawang merah (Allium cepa).
e.       Umbi Batang, yaitu batang yang membengkak di dalam tanah. Misal : ubi jalar, kentang.
f.       Tunas , yaitu bagian batang yang memiliki bakal tunas. Misal : bambu, kelapa, dan sebagainya.
g.      Daun , yaitu bagian tepi daun yang memiliki jaringan meristem. Misal : Cocor Bebek.
h.      Kormus , yaitu pangkal batang yang membesar dan memiliki beberapa kuncup. Misal : bunga tasbih, gladiol.
i.        Buatan, yaitu cara perbanyakan yang dilakukan oleh tumbuhan dengan bantuan manusia.  Macam reproduksi vegetatif secara buatan :
a)      Mencangkok
b)      Menempel (okulasi)
c)      Menyambung
d)     Menyetek
e)      Merunduk
f)       Kultur Jaringan
e.       Peranan Spermatophyta
·         Sumber bahan makanan (karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin)
·         Sumber bahan minuman (jahe, teh, kopi)
·         Sumber bahan sandang (rami, kapas)
·         Sumber bahan bangunan (Mahoni, jati, meranti)
·         Sumber bahan industri (pinus, karet)





BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Polunin,  Nicholas.1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun, Yogyakarta: Gajah Mada University Press