Cari Blog Ini

Senin, 02 Mei 2016

Inovasi Pendidikan



INOVASI PENDIDIKAN GEOGRAFI


Dosen Pengajar:
ELLYN NORMELANI, M.Pd.
SELAMAT RIADI, M.Pd.

Di susun oleh:
DAHLIANI A1A513012
Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016


1.    Hakikar, Unsur, dan Ciri Inovasi Pendidikan
A.   Hakiat dan batasan inovasi
Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal  yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapiada yang menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu  ”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata  penemuan  juga  sering digunakan untuk menterjemahkan  kata dari  bahasa Inggris  ”discovery”  dan  ”invention”.
”Discovery”, ”invention”, dan ”innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut  mengandung  arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama  kemudian baru  diketahui  atau  memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud  untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan  diskoveri atau invensi.
Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu  yang  sebenarnya benda atau hal yang ditemukan  itu sudah  ada, tetapi belum  diketahui  orang.
Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi  manusia. Benda atau hal  yang  ditemui itu benar-benar sebelumnya  belum  ada, kemudian  diadakan  dengan  hasil  kreasi  baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa  hasil  invention  maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Inovasi pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal baru, baik berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model inovasi dalam berbagai bidang, antara lain usaha pemeratan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efesiensi dan efektivitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Kesemuaanya dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan.
Beberapa contoh inovasi, antara lain: program jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual (contextual learning), pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui prose komunikasi yang dilalukan dengan menggunakan salurantertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
a.    Inovasi Pendidikan
Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi pendidikan sebgai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berada dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan.
Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik pendidikan tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbsiki suatu keadaan pendidikan, atau proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem  pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam  arti  yang  luas  misalnya sistem pendidikan  nasional.  Mattew  B.  Miller menjelaskan  pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give more concreteness the universe called  ”educational  innovations” some  samples are described billow. They are organized according to the aspect of a social system which they appear to be most clearly  associated. In most cases social system involved should be taken to be that of a school or cell although some innovations take place within the context of many larger systems.”
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap  komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan  perubahan isi disesuaikan  dengan  perkembangan pendidikan dewasa ini.
a)    Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen  personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
b)    Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu  menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam  sistem  serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang  relevan dengan aspek  ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Misalnya disuatu sekolah satu  guru dengan 27  siswa, perubahan besar wilayah kepemilikan, dan sebagainya.
c)    Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan  komponen  ini  misalnya:  perubahan bentuk  tempat  duduk (satu  anak  satu  kursi  dan  satu  meja), perubahan pengaturan  dinding  ruangan  (dinding  batas antar ruang  dibuat  yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot  laboratorium  bahasa, dan sebagainya.
d)    Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki  perencanaan penggunaan  waktu. Inovasi  yang  relevan  dengan  komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi  kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.
e)    Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan  tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan SMP, SMA disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan  tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
f)     Prosedur. Sistem pendidikan tentu  mempunyai  prosedur  untuk  mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan  komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara  membuat  persiapan  mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
g)    Peran  yang  diperlukan.  Dalam  sistem  sosial  termasuk  sistem  pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk  melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan  dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai  media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
h)    Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya  berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai  tujuan  pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya  tujuan.  Inovasi  yang  relevan  dengan  bidang  ini  misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan  pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta  pada  pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum yang disempurnakan, dan sebagainya.
i)      Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau  mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan  untuk  mencapai  tujuan. Inovasi  yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara  seksi  di  kantor  departemen  pendidikan  dan  mekanisme  kerja  antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
j)      Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan  bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan,  data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
k)    Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk  mencapai tujuan  inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang  digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanyamenggunakan pola urutan sebagai berikut:
1)    Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan  penyebarannya berdasarkan  suatu  penelitian dan obeservasi  atau  hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2)    Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat  menunjang berhasilnya  inovasi  ialah  adanya kesadaran  dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3)    Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian  terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi,  pembiayaannya  dan sebagainya.
4)    Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi  untuk membuktikan  apakah  memang  benar  inovasi  yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang  diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuaistrategi inovasi yang telah direncanakan.
b.    Difusi Inovasi Pendidikan
Secara umum, difusi inovasi sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui prose komunikasi yang dilalukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
Everett M. Rogers (1983), menyebutkan difusi sebagai proses untuk mengomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Sedangkan difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau  pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan  beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi  desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen pembaharu. Warga  masyarakat  itu sendiri yang bertanggungjawab terjadinya difusi inovasi.
c.    Elemen Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi,  (2)  komunikasi  dengan  saluran  tertentu,  (3)  waktu,  dan (4)  warga masyarakat  (anggota  sistem  sosial).  Untuk  jelasnya  setiap elemen  diurakan sebagai berikut:
a.    Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok  orang,  baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapaitujuan tertentu. Baru di sini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung  berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai  arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya  informasi berarti mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena  dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
b.    Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi  adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal yang  baru sebagai bahan informasi. Inti dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal  yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman  dengan inovasi, (3) individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
c.    Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi  banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit  variabel waktu. Mungkin hal ini  terjadi karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.
2.    Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai  sadar  tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung  pada  kepekaan orang atau  organisasi  terhadap  inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsun serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi,maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi seperti berikut:
a)    Beberapa Model Proses Inovasi Yang berorientasi pada Individual, antara lain:
1.    Lavidge & Steiner (1961):
·      Menyadari
·      Mengetahui
·      Menyukai
·      Memilih
·      Mempercayai
·      Membeli
2.  Colley (1961):
·      Belum menyadari
·      Menyadari
·      Memahami
·      Mempercayai
·      Mengambil tindakan
3. Rogers (1962):
·      Menyadari
·      Menaruh perhatian
·      Menilai
·      Mencoba
·      Menerima (Adoption)
4. Robertson (1971):
·         Persepsi tentang masalah
·         Menyadari
·         Memahami
·         Menyikapi
·         Mengesahkan
·         Mencoba
·         Menerima
·         Disonansi
b)    Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain:
1.    Milo (1971):
·         Konseptualisasi
·         Tentatif adopsi
·         Penerimaan Sumber
·         Implementasi
·         Institusionalisasi
2.    Shepard (1967):
·         Penemuan ide
·         Adopsi
·         Implementasi
3.    Hage & Aiken (1970):
·         Evaluasi
·         Inisiasi
·         Implementasi
·         Routinisasi
3.    Tujuan Inovasi Pendidikan
Menurut santoso (1974) tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Adapun tujuan inovasi pendidikan pada umumnya adalah :
a)    Lebih meratanya pelayanan pendidikan
b)    Lebih serasinya kegiatan belajar
c)    Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan
d)    Lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian
e)    Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan
f)     Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional
g)    Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran nasional
h)    Tumbuhnya masyarakat gemar belajar
i)      Tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan mudah diperoleh
j)      Meluasnya kesempatan kerja



4.    Inovasi Pendidikan Di Sekolah
a)    Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa
b)    Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru
c)    Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik
d)    Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas
e)    Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa
5.    Skematik Inovasi di Sekolah
6.    Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan
a)    Guru
Guru adalah orang yang sanagat berpengaruh orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.
Dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus meningkatkan profesionalisme guru.
b)    Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas pendidikannya bergantung pada pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman, sikap-sikap, temasuk sikap-sikapnya pada pendidikan. Dan belajar dipengaruhi oleh orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan pendidikan, kita harus memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan objek yang akan diarahkan.
c)    Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancer kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap. Oleh karena masalah fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan pendidikan kita harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah sampai kepada maslah yang paling dominan, yaitu alat peraga 9sebgai penjelasan dalam penyampaikan pendidikan).
d)    Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Kita harus meniliti apa tujuan pendidikan nasional kita, apa pula tujuan institusionalnya, kurikulernya sampai kepada tujuan yang sangat sepesifik sekali telnologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau mengenyampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan akan lebih mudahlah kepada apa yang akan dilakukan.
e)    Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah. Kurikulum sekolah dapat dipandang sebagai bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju mundurnya pendidikan. Apabila kita mengadakan suatu inovasi dalam pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan. Kalau pendidikan diperbaharui, maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya pun harus berubah. Kita tidak bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada kurikulum.
f)     Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik teutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam pelaksanakan inovasi pendidikan.
g)    Kreatifitas
Penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlaianan untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik.
a)    Penemuan masalah
b)    Persiapan
c)    Pengendapan
d)    Wawasan
e)    Taktik
·         Mengembangkan Kreativitas
a)    Imajinasi - intensif
b)    Keleluasaan-kebebasan pikiran
c)    Gila/aneh
d)    Hubungan antara objek - melahirkan ide-ide
·         Metode Mengajar Guru
Memiliki kompetensi : (Pedagogi, Profesional, Individual, dan Sosial)
a)    Planning Instruction
b)    Implementing Instructions
c)    Performing Administrative Duties
d)    Communicating
e)    Development Personal Skills
f)     Developing Pupil Self
h)    Siklus Inovasi
i)      Kegagalan Dalam Inovasi
a)    Definisi tujuan yang buruk
b)     Buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan
c)     Buruknya partisipasi anggota tim
d)     Buruknya pengawasan produk
e)     Buruknya komunikasi dan akses informasi
7.    Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi
a)    Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
b)    Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (long education).
c)    Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam system pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
a)    Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
b)    Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
c)    Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap dan belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan datang.
8.    Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah :
a)    Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
b)    Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
c)    Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
d)    Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
e)    Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan
9.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu:
a)    Kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon  terhadap  tantangan kebutuhan masyarakat, dan 
b)    Adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan)  untuk  memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial terjadi hubungan  yang erat dan saling mempengaruhi. Agar  dapat  lebih  memahami  tentang  perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikandapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar  pengaruhnya  terhadap  kegiatan di  sekolah,  yaitu:
1)    Faktor Kegiatan Belajar Mengajar
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga  profesional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang  memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan  pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah  dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahawa:
a)    Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan  belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan demikian  maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama  belum tentu menghasilkan  prestasi belajaryang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya dengan kondisi kelas  yang sama diajar oleh guru  yang  berbeda belum tentu  dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama,  meskipun para guru tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai guru yang profesional.
b)    Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan  yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak  mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan  guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru di kelas tanpa diketahui oleh  guru  yang  lain.  Dengan  demikian  maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk  pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
c)    Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka  sanagat minimal bantuan teman sejawat untuk memeberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan  kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
d)    Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana  pengelolaan kegiatan belajar  mengajar  yang efektif. Dan  memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatanbelajar siswa. Usaha untuk membuat  kriteria  tersebut  sudah  dilakukan  misalnya dengan digunakannya APKG (Alat Penilai Komptensi Guru).
e)    Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang  berbeda  satu dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang sosial  ekonominya.  Guru  tidak  mungkin  dapat  melayani  siswa dengan memperhatikan  perbedaan  individual  satu  dengan yang lain,  dalam  jamjam  pelajaran yang sudah  diatur dengan jadwal dan dalam waktu yang sangat terbatas.
f)     Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar  mengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan  ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat  mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
g)    Guru juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk  meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa  adanya keseimbangan antara kemampuan dan  wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa  adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada  kemauan guru untuk meningkatkan kemampuan  profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang  harus dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya  dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas  administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan karena gaji pas-pasan, dan  masih banyak lagi faktor yang lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
h)    Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan  belajar  mengajar mengalami kesulitan untuk menentukan  pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari  sudut lain dia dituntut harus  menyelesaikan  sajian materi  kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas  waktu yang telah ditentukan, karena menjadi bahan ujian  negara/nasional. Demikian pula dari satu segi guru dituntut menekankan perubahan tingkat laku afektif,tetapi dalam evaluasi hasil belajar yang dipakai untuk menentukan  kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek kognitif.
2)    Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialahsiswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap  proses  inovasi karena tujuan pendidikan untuk mencapai  perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai  macam  kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai  penunjang secara moral  membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah,  maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan juga faktor eksternal, seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang di luar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para  pengawas, inspektur, pemilik sekolah,  konsultan, dan mungkin  juga pengusaha  yang  membantu  pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para panatar guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru, juga  merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya  terhadap  pelaksanaan  sistem pendidikan atau inovasi pendidikan. Namun apakah  mereka  termasuk faktor internal  atau eksternal agak sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga menjadi anggota organisasi persatuan guru, yang dapat  dipandang sebagai  faktor eksternal.
c)    Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan) 
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur  dengan  aturan yang  dibuat oleh pemerintah. Penanggung  jawab  sistem pendidikan di Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
Dalam kaitan denga  adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana  batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan  kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadpi tantangan  kemajuan  jaman.
10.  Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
a)    Sistem PAMONG
Perkataan PAMONG sendiri adalah singkatan dari PEndidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan telah dipergunakan sejak kegiatan pencarian alternative atau pelngkap bagi pendidikan dasar pada umumnya, proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech Centre” (Innovation and Educational Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi proyek ini terletak di Solo, Jawa Tengah. Pada dasarnya system ini mengetengahkan peranan baru bagi guru dari pengajaran di muka kelas menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola ia harus dapat meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada jumlah 40 orang murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu mengelola antara 80-100 orang. Murid-murid belajar sendiri ddengan menggunakan modul yaitu suatu satuan pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran telah tersusun dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi bahan, latihan dan riset, serta kegiatan praktikum, tes dan umpah balik, serta ujian. Sehingga modul itu “ dapat mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan mengajar menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.
Salah satu prinsip system SD PAMONG adalah bawhwa belajar dapat berlangsung diberbagai tempat, artinya system SD PAMONG berusaha untuk mengubah pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung sekolah dan bahwa jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar. Dengan demikian system SD PAMONG di samping merupakan usaha serta kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan kesempatan bagi anak yang karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat belajar di sekolah biasa
b)    Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek KKN adalah melengkapi para mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan di 58.000 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Rencana tersebut dimulai tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis melaksanakan proyek tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28 Lembaga Pendidikan Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh mahasiswa di tingkat terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya akan terlibat kegiatan KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga akademik yang terampil, berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan bukan sekedar berpengetahuan teori dari bangku kuliah saja.
c)    Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid dan mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan dan beasiswa diberikan kepada pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan. Adapun persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tedtpi ekonominya lemah. Penilaian didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan secara sktoral. Selain beasiswa, program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk buku-buku dan sebagainya. Kini di Indonesia telah terdapat berbagai badan yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa, seperti Supe Semar yang dalam REpelita selanjutnya memberikan bantuan khusus kepada anak yang berbakat istimewa.
d)    Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari karir guru, tidak hanya meliputi pendidikannya tetapi juga pengabdiannya terhadap masyarakat dan pendidikan profesionalisme yang didukung oleh suatu penelitian. Tujuan proyek ini ialah dimilikinya lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang bersifat in-service maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam suatu jaringan yang saling mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu mendorong secara mantap perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan menyusun suatu rencana kemudian mengujinya, jika diperlukan akan diadakan perubahan penyempurnaan terhadap disain tersebut sehingga guru-guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan kurikulum yang baru. Selain itu proyek ini akan menggunakan pendekatan dan metode pendidikan guru secara konsisten sesuai dengan sekolah-sekolah yang bersangkutan.
e)    Model Pembaharuan pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan konsultasi untuk pengembangan model Sekolah Menengah Umum yang semula adalah untuk menciptakan beberapa sekolah model untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Namun, kemudian tim konsultan ditugaskan untuk menangani kegiatan ini bersama-sama dengan staf Dikmenum dan semua menyetujui bahwa konsep sekolah model yang lama tidak efektif dalam melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep baru bagi model “pengembangan sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan Internasional, konsultan Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang tradisional bergantung kepada gambaran sekolah yang sangat baik dan memperoleh tambahan input (uang, pelatihan, fasilitas dan sumber pembelajaran) menciptakan adanya model yang bagus yang akan ditiru oleh sekolah lain. Masalah yang terlihat jelas untuk pendekatan ini adalah bahwa sekolah biasa akan sulit untuk diubah menjadi sekolah yang bagus apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua adalah apabila input yang sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan model tidak akan difasilitasi.
Sebagai alternatif, mereka yang terlibat dalam sekolah model memilih untuk merencanakan langkah yang berbeda dalam pembuatan konsep pengembangan sekolah “model”. Kunjungan ke beberapa sekolah di wilayah yang berbeda oleh para konsultan membawa hasil akan kayanya informasi mengenai prakarsa Sekolah Menengah Umum yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah setempat. Usaha inovatif ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan mutu sekolah basisnya ada pada tingkat sekolah. Dari sini jelas sekali terlihat oleh para konsultan, bahwa sekolah yang mengalami peningkatan dan pengembangan adalah yang dapat mewakili model pengembangan sekolah. Fokusnya adalah pada “proses” yang dialami oleh sekolah ketika mutu pendidikan meningkat.
Salah satu keuntungan dari model ini adalah apabila sekolah sudah mencapai tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal dan pengambilan keputusan bersama, sekolah dapat menjadi mandiri. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator pada fungsi sekolah yang berbeda. Masalah utama adalah arah pengembangan sekolah dan identifikasi sumber keuangan untuk membantu pengembangan sekolah yang dapat berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala sekolah. Dalam sistem pendidikan di mana kepala sekolah secara periodik diganti, pendekatan ini membuat pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan meskipun kepala sekolah yang baru, baru diperkenalkan dengan sekolahnya.
Model ini merupakan tinjauan yang menyeluruh terhadap semua yang terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk pembaharuan di sekolah. Ketika Sekolah Menengah Umum berjalan menuju peningkatan mutu berbasis sekolah) hal ini menunjukkan kepada sekolah bahwa proses pengembangan akan tercapai.
f)     Sistem KBK dalam Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen mampu memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang sanggup bersaing di era globalisasi. Salah satu model yang berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu, hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan, hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang berasal dari hasil penelitian dan waktu yang memadai kepada peserta belajar. Kedua, memotivasi mahasiswa dengan memberi perhatian cukup kepada mahasiswa. Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita jalankan. Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/ metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Keempat, memberi umpan balik sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.


Sumber :
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi 5. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung: PT RajagrafindoPersada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar