Cari Blog Ini

Senin, 02 Mei 2016

Biogeografi



MAKALAH BIOGEOGRAFI


 




Dosen Pembimbing :




Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc
Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si.


Oleh :
DAHLIANI                                                A1A513012
NORHAYATI                                            A1A513012
NURHADIJAH                                           A1A513079
NURMA                                                    A1A513096




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Geografi tumbuhan dan hewan  adalah salah satu cabang  ilmu dari geografi. Geografi adalah sebuah ilmu yang sangat kompleks menyangkut segala jenis aspek fisik di bumi dan aspek social serta kaitan antara kedua hal tersebut. Begitupun geografi tumbuhan dan hewan, bidang studi ini akan menjadi sangat kompleks jika tidak ditemukan pembatas yang jelas karena ketika membicarakan pada mata kuliah geografi tumbuhan dan hewan seperti definisi geografi dan hewan itu  sendiri, konsep dasarnya yang didalamnya membahas aspek kajiannya, komponennya dan lain-lain.
Setiap jenis tumbuhan yang berbeda mempunyai daerah agihannya atau “pemukiman”-nya sendiri, bergantung pada sejarahnya, kemampuan bermigrasi, dan kemampuan beradaptasinya. Memang sangat diragukan apakah diantara ratusan ribu jenis tumbuhan yang berbeda-beda yang dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan ada dua yang mempunyai agihan yang persis sama dan bagaimanapun, agihan itu berubah-ubah sepanjang masa. Konsekuensinya adalah tidak praktis dan hampir tidak mungkin, untuk memperhatikan hal demikian itu secara terinci, namun bila diterapkan pandangan yang luas, banyak fakta-fakta yang menarik akan muncul, dan penyamarataan mungkin merupakan suatu hal yang berharga. Karena, bila setiap sistem klasifikasi daerah agihan yang “keras” dan “cepat” tentu akan bersifat artifisial, karena hal itu tidak akan mencerminkan keanekaragaman alami yang diamati, beberapa kategori yang berguna, untuk tujuan praktis, harus dan dapat dikenal secara luas. 
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang mempengaruhi setiap jenis agihan tumbuhan?
2.      Mengapa iklim mempengaruhi agihan tumbuhan?
3.      Bagaimana pengaruh iklim terhadap tipe dan wilayah agihan tumbuhan?






BAB II
DASAR TEORI
A.    Pengertian Geografi Tumbuhan
Biologi ilmu tentang kehidupan, studi makhluk hidup, dan ilmu mempunyai data cabang utama : ilmu tumbuhan (botani) yang mempelajari tumbuhan, danilmu hewan (zoology) yang mempelajari hewan (binatang). Tetapi, bila masing-masing dari kita harus benar-benar jelas mengenai perbedaan-perbedaan antara tumbuhan yang khas (yang static, hijau, dan tidak menelan pangan yang padat) dan hewan yang khas (yang bergerak bebas, tidak hijau, dan menelan pakan yang bermacam-macam),
Berbagai aspek kehidupan dikaji pula dalam biologi.Ciri-ciri fisik bagian tubuh dipelajari dalam anatomi dan morfologi, sementara fungsinya dipelajari dalam fisiologi. Perilaku hewan dipelajari dalam etologi. Perkembangan ciri fisik makhluk hidup dalam kurun waktu panjang dipelajari dalam evolusi, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus kehidupan dipelajari dalambiologi perkembangan.Interaksi antar sesama makhluk dan dengan alam sekitar mereka dipelajari dalam ekologi.Mekanisme pewarisan sifat yang berguna dalam upaya menjaga kelangsungan hidup suatu jenis makhluk hidup dipelajari dalam genetika.
·         Achmad Fatchan
Geografi tumbuhan (phytogeography atau plant geography) berasal dari kata phyto atau plants= ‘kehidupan hayati’/ ‘tanaman’ dan geography=’ilmu tentang bumi’ (keruangan, kewilayahan, kelingkungan, manusia). Komponennya mempelajari tentang bumi dengan berbagai gejalanya, manusia dan makhluk hidup tumbuhan, interaksi di antaranya, penyebaran tumbuhan terkait dengan kondisi: kondisi iklim, tanah, geologi, geomorfologi, kondisi aktifitas tumbuhan (Fatchan, 2013).
Geografi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena tumbuhan dalam hal persamaan maupun perbedaan dalam kaitannya dengan kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Demikian juga dengan geografi hewan adalah sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena dunia hewan yang berkaitan dengan aspek kelingkungan maupun kewilayahan dalam konteks keruangan.
Objek kajian geografi tumbuhan adalah tumbuhan yang sifatnya natural dan bukan tumbuhan yang sudah mendapatkan perlakuan khusus atau rekayasa oleh manusia. Selanjutnya geografi tumbuhan juga menitikberatkan kajiannya pada bioklimatologis daripada aspek evolusi maupun penyusunan tumbuhan pada masa geologi.






























BAB III
PEMBAHASAN
A.    DASAR-DASAR AGIHAN MODERN
Agihan setiap jenis tumbuhan yang menyusun flora modern cenderung dipengaruhi oleh:
1.      Sejarah tumbuhan selama masa lampau (geologis) dan masa sekarang
2.      Apa yang disebut dengnan kemampuannya untuk bermigrasi, dan
3.      Daya adaftasi secara fisiologisatau dengan cara lain terhadap kondisi baru seperti factor lingkungan yang mereka capai.
Kemampuan berimigrasi bergantung pada keefisienan pemencaran dan kemampuan beradaptasi mengenal bentuk dan fungsi. Dengan ini  “sejarah fosil” dan perubahan-perubahan mutakhir harus dibicarakan berikutnya.
Sepanjang awal zaman tersier hutan-hutan cenderung teragihdengan luas dan lebih seragam daripada sekarang meliputi seluruh daratan dibelahan bumi utara, termasuk yang sekarang merupakan daerah tinggi kutub utara. Dan walaupun “sabuk” iklim selama kala itu dank ala sebelumnya tak perlu diragukan adanya jurang pemisah dalam “sabuk-sabuk” iklim itu, dalam masa-masa yang menguntungkan dengan vegetasi subur yang tumbuh dalam jarak beberapa derajat dari kutub utara dan kutub selatan, derah tropika akan merupakan daerah yang terlalu panas untuk kehidupan yang normal. Tetapi mulai dari miosen dan seterusnyaada perubahan-perubahan kondisi local yang nyata dengan demikian flora fosil dan setenngah fosil yang terakhir ini mempunyai arti yang jelas apabila mempertimbangkan masalah asalnya flora yang sekarang ada.
B.     BEBERAPA PENGARUH PERUBAHAN IKLIM YANG RELATIF BELUM LAMA
Pada akhir tersier atau permulaan zaman kuarter, meskipun vegetasi daerah tropika dan mintakat yang berdekatan tetap dalam keadaan tumbuh subur, di kebanyakan daerah lain terjadi penurunan suhu yang nyata yang menyebabkan beberapa daerah tertutup oleg gletser dan menyebabkan perubahan flora yang lengkap didaerah yang lain. Iklim sebagai pengendali utama vegetasi flora didaerah panas yang menguntungkan  barangkali terus berkembang  dengan cara yang hamper sama dengan yang terjadi dalam pertenngahan tersier, seperti yang berlangsung hingga sekarang. Tetapi dalam jalur disebelah utara dan selatan yang kurang menguntungkan, penurunan suhu dan curah hujan menyebabkan terjadinya penggantian flora secara besar besaran dari yang menyukai panas menjadi lebih keras.Dapat diduga pula terjadi reduksi dalam jumlah jenis dan individu, dan dalam kesuburan umum vegetasi.
Meskipun evolusi pada umumnya merupakan proses yang gradual, tampaknya evolusi dapat dipercepat oleh perubahan-perubahan kondisi habitat yang terjadi dengan mendadak. Dengan terangkatnya kerak bumi dengan kekerasan atau perubahan iklim dengan langsung mengimbas pada perubahan yang herediter dengan mendadak menimbulkan ras baru dan pada waktunya juga jenis-jenis baru. Dalam waktu yang bersamaan dank arena sebab yang sama flora telah terdorong untuk bermigrasi. Sebenarnya dalam zama karbon beberapa ahli menggambarkan suatu dunia dengan hewan melata raksasa dan bukan hewan menyusui,  dan paku rambat dan ekor kuda raksasa dan bukan angiospermae sebagai sesuatu yang terus ada sampai sekarang.
Yang bergantung secara langsung pada revolusi adalah desakan desakan keatas yang membentuk deretan pegunungan yang menyebabkan terjadinya penyesuaian antara daratan dan lautan akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam agihan tumbuhan dan hewan yang bergantung pada perubahan itu. Kondisi di belahan bumi selatan tampaknya jauh lebih banyak mengalami gangguan, terutama disebabkan oleh glasiasi besar zaman perm, yang pusat perkemabngan utamanya terletak di Afrika Selatan yang menimbulkan mala petaka bagi flora dan fauna yang dianggap menjadi sebab kemiskinan flora dan fauna di Afrika. Jadi Afrika tropika dianggap dipisahkan dari Eropa-Asia yang kaya akan vegetasi oleh lautan yang luas yang menempati kedudukan Sahara selama periode kapur yang sebagian besar tumbuhannya dating dari utara.
Kemunduran iklim yang dimulai jauh kembali sejak zaman Tersier akhirnya menyebabkan glasiasi yang terjadi dimana-mana di belahan bumi utara, pada awal zama kuarter daerah yang luas di Amerika Utara dan bagian Eropa-Asia menjadi tertutup oleh es yang bila dibandingkan dalam luas dan kontinuitasnya bila bukan dalam tebalnya dapat disamakan dengan es yang menutupi sebagian besar pulau hijau dan benua antartika sekarang. Es periode Pleistosen inimencapai luas maksimumnya dan barangkali mundur empatkali yang batasnya di capai pada masing-masing perluasan. Periode “Interglasial” yang menyelingi zaman es cukup panjang dan merupakan kondisi yang relative menguntungkan untuk kehidupan tumbuhan juga untuk waktu yang cukup lama panasnya sama dengan keadaan yang sekarang.
Kemiskinan flora eropa dibagian barat dan tengah sekarang ini di anggap sebagai akibat adanya pemusnahan komponen flora dari zaman tersier dekat sebelum atau selama zama es, karena terdesak kelaut atau terpepet ke gunung. Untuk pengisian kembali dengan jenis-jenis tumbuhan baru setelah periode pleistosen bagi wilayah melintang laut tenngah, melewati pegunungan Alpina dan Pirenea, atau dari daerah-daerah yang miskin flora yang terletak langsung di sebelah timurnya, sukar untuk mengatakan bahwa hal itu yang paling sedikit. Dan dari barat hamper tidak munggkin mengingat adanya samudra Atlantik. Di lain pihak di amerika utara dan asia timur aemua tumbuhan yang mempunyai panas terbebas dari es dan mampu mengadakan migrasi sampai jauh keselatan dataran rendah atau sepanjang deretan pegunungan, kemudian kemudian kembali ke Utara ketika es sudah mundur dan bagian Utara kondisi yang sesuai tersedia kembali.
Kehadiaran banyak jenis tumbuh-tumbuhan berkayu seperti warga suku Magnolianceae di bagian Timur Amerika utara dan Asia Tenggara tetapi tidak ada di Eropa, meskipun sisa-sisanya dalam endapan fosil menunjukkan bahwa tumbuhan itu pernah ada ter agih luas dan tempat melimpah di ketiga benua itu.




Bahkan dalam periode interglasial jenis tumbuhan banyak yang bertahan lebih jau ke utara daripada tempat tumbuhnya sekarang (eropa) dan dikemukakan bahwa kita belem muncul secara permanen dari abad Es.Wilayah yang luas dibagian utara Asia dan yang lebih sempit dibagian utara daratan amerika utara, demikian pula dengan bagian paling utara jalur pulau-pulau, tebebas dari lapisan es utama sepanjang periode Pleistosen disebabkan oleh iklim continental dan khusus karena curah hujannya rendah, dilain pihak orang  percaya bahwa pada suatu atau beberapa stadium dalam pleistosen. Pengaruh dari galsiasi yang begitu ekstrim yaitu penurunan suhu pada wilayah selatan bahkan di wilayah tropika.Pada waktu bersamaan diwilayah selatan terjadi glasiasi yang ekstensif khususnya dipegunungan Amerika Selatan dan dibagian selatan Austtralia yang setiap maju mundurnya es memakan waktu beribu-ribu tahun yang memungkinkan tumbuhan telah berimigrasi sesuai dengan iklim yang terjadi.
Sejumlah marga yang  masih hidup dari golongan tumbuhan yang berkayu yang mempunyai agihan yang jauh lebih luas. Penyebab kuranngnya agihan yang lebih luas Karena massa daratan yang telah terbentuk  dalam garis besar. 
Sudah sejak dalam periode Pliosen flora cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan flora periode Miosen, analoginya dengan hewan menunjukkan bahwa lebih dari 80% jenis tumbuhan dari periode Pliosen masih ada, tetapi dalam contoh lain tumbuhan diperiode itu masih hidup liar.

Diperkirakan, bahwa flora periode Miosen dan Pliosen awal praktis mempunyai agihan di sekitar kutub dan menurut garis lintangpun teragih secara luas. Maka kondisi bagian utara yang semakin dingin itu,yang setempat sering lebih menonjol akibat timbulnya deretan gunung-gunung yang menyebabkan kekeringan lebih lanjut di bagian-bagian yang merupakan bayangan hujannya,semakin mendesak tumbuhan untuk bermigrasi ke Selatan. Dikemukakan bahwa dalam migrasi ke Selatan selama periode Pra Pleistosen ini terdapat tiga jalan untuk menghindar,yang terutama ditentukan oleh arah deretan gunung yang ada.
1.      Sepanjang dataran-dataran rendah di bagian timur Asia
2.      Sepanjang deretan gunung-gunung di Amerika Utara
3.      Menyusuri semenanjung Skandinavia dan daerah-daerah yang berbatasan ke bawah menuju ke Eropa bagian barat dan tengah.
Rute pertama dapat menyebabkan terjadinya percampuran jenis-jenis tumbuhan dari utara dengan flora asli setempat dan degan demikian dapat menerangkan mengapa flora di Cina begitu kaya dengan jenis tumbuhan. Rute kedua mempunyai pengaruh yang sama di Amerika,dan selanjutnya akan dapat menerangkan adany kemiripan antara flora di bagian timur Amerika Utara dengan flora di bagian timur Asia.


C.    KETAHANAN DALAM PLEISTOSEN LAWAN IMIGRASI BERIKUTNYA
Periode Pleistosen sendiri merupakan suatu periode yang dari segi iklim tidak bersifat mantap,terdiri atas masa-masa yang dingin dengan glasial ekstensif,yang terpisahkan oleh masa masa yang relative panjang yang panas (periode integlasial). Pada umumnya tumbuhan yang hidup dalam periode pleistosen terdiri atas jenis-jenis yang identic dengan yang hidup sekarang, dengan beda utama yang diperlihatkan dengan pembagian ruang atau distribusinya. Selama beberapa masa sekurang-kurangnya dalam periode interglasial,iklim rupanya mirip dengan iklim masa sekarang yang memang menyebabkan terjadi perkiraan bahwa kita sekarang ini hanya berada dalam periode integlasial yang lain saja.
Iklim daerah-daerah dekat denga tipe es selama periode glasial barangkali agak mirip dengan iklim di Pulau Hijau bagian selatan sekarang. Di mana pertumbuhan pohon-pohon dapat ditemukan dalam jarak beberapa mil dari ujung depan kap  es; lebih menyolok lagi adalah keadaan di Selandia Baru, dimana paku tiang daerah subtropika dapat terlihat  pada jarak satu mil dari ujung suatu gletser ( Sungai Es). Dengan demikian tundra (dataran tanpa pohon) di Amerika Utara barangkali hanya membentuk suatu “sabuk” sempit di sekitar tepi lapisan es,dengan keadaan yang cepat menjadi lebih merata bila menjadi es.
Sering kali diduga, di Alaska dan Asia Timur glasial bersifat setempat dan merupakan tipe gunung,sehingga bagian luas terbebas dari es,setidaknya tidak tertutup oleh lapisan es yang ekstensif. Tampaknya, juga bagian-bagian paling utara Pulau Hijau dan Kepulauan sekitar kutub di Kanada tinggal tidak mengalami glasial,karena curah hujan setempat tidak tepat untuk akumulasi es yang ekstensif.
Mengingat hal itu adalah hasil pengamatan yang dilakukan dalam zaman sekarang,dan anggapan untuk kejadian-kejadian serupa dimasa silam,bahwa banyak jenis tumbuhan yang dapat dan memang hidup di daerah-daerah yang bebas es,adalah suatu hal yang berbeda untuk menjelaskan adanya penyimpangan yang nyata mengenai agihan modern dalam kaitannya dengan dapatnya mempertahankan diri sepanjang masa glasial intensif yang sangat panjang. Namun hal itu telah diasumsikan secara luas,sehingga tampaknya perlu untuk menunjukan sangat banyaknya alasan tentangan terhadap hipostesis “nunatak”yang berasal dari eskimo untuk “bertahan di gunung dan muncul dari kap es”, karena pada gunung-gunung demikian itu oleh beberapa peneliti dianggap tunbuhan dapat mempertahankan diri selama  es menutupi bumi.
Ahli-ahli Geologi tetap berpendapat,bahwa beberapa daerah yang oleh pembelateori “ dapat mempertahankan diri”dinyatakan sebagai tempat “pengungsian" selama periode pleistosen,sesungguhnya mengalami glasiasi pula. Selanjutnya belakangan ini banyak sekali contoh jenis tumbuhan yang disuga mempunyai daerah agihan yang terpenci atau terputus-putus( yang dinyatakan sebagai petunjuk adanya “ pengungsian“) yang ditemukan dalam peralihan – kadang-kadang bahkan di pulau-pulau yang yang belum lama muncul di atas permukaan laut. Demikian pula endemisme (kehadiran pada daerah geografi tertentu yang terbatas), tidak harus merupakan indikasi terhadap isolasi dan kemampuan bertahan di tempat itu;kadang-kadang hal itu menunjukan kebalikannya,,seperti dalam beberapa hal mengenai asal hibrida.
Gagasan mengenai dapatnya tumbuhan tertentu bertahan ditempat-tempat sempit selam berates-ratus atau beribu-ribu tahun, tidak berubah dan tidak terpengaruh oleh dating perginya zaman-zaman es dan gerombolan-gerombolan migrasi lainnya sedikit sekali menunjukan persesuaian dengan refleksi kita yang lebih masuk akal, beberapa kasus mempertahankan diri di jalan-jalan bebas es, seperti misalnya melalui maksimum glasial terakhir terakhir,mungkin memang dapat terjadi., Dan pengisian kembali dengan jenis-jenis tumbuhan yang dapat bertahan di tempat terlindung yang dikelilingi es,atau dijalur sepanjang pantai yang bebas dari es .
Mempertahankan diri sepanjang periode pleistosen, atau sekurang-kurangnya melalui tahap-tahap terakhirnya, dapat juga membantu menerangkan adanya “tumbuhan kutub utara” digunung-gunung jauh di selatan, meskipun dalam beberapa hal burung-burung yang bermigrasi barangkali yang menyebabkan hal itu dapat terjadi..
Secara keseluruhan tampaknya paling masuk akal untuk menganggap flora pasca pleistosen di wilayah-wilayah di belahan bumi utarayang terbebas dari glasial utama terakhir,tersusun atas
1.      Beberapa unsur yang sedikit keraguan yang dapat bertahan dalam sekurang-kurangnya “tempat pengungsian yang belakangan ini tidak mengalami glasia, khususnya di daerah-daerah pantai yang terlindung.
2.      Unsur unsur yang memancar  dari tempat pengungsian terlindung yang tersedia di system pegunungan, dimana Abad es  tidak mempunyai konsekuensi sebagai bencana , seperti membinasakan  flora tersier yang demikian karakteristik kendati hal itu menyebabkan terjadinya kemiskinan.
3.      Barangkali sejumlah unsur besar unsur-unsur yang bermigrasi ke utara dari wilayah-wilayah yang berbatasan dengan ujung lapisan es yang paling selatan setelah es mundur.
4.      Imigrasi-imigrasi baru dari jauh yang kehadirannya dimungkinkan di tempat-tempat yang belum lama terbatas dari glasial, oleh tidak adanya persaingan setempat dari vegetasi yang telah tertutup.
D.    HANYUTAN BENUA, PERGESERAN KUTUB, JEMBATAN DARAT DAN SETERUSNYA
Agihan tumbuhan pada masa sekarang untuk sebagian merupakan refleksi revolusi geologi dari perubahan-perubahan iklim yang terjadi di bumi selama kehadiran tumbuhan itu sebagai suatu jenis , Dalam bagian-bagian terdahulu.
1)      Teori continental drift.
Bagi banyak ahli-ahli botani di antara para ahli biogeografi itu, teori ini nampaknya teori hipotesis kerja yang paling masuk akal dan yang paling dapat dijadikan dasar untuk membuat perkiraan-perkiraan mengenai sejarah sebaran tumbuhan. Sementara itu perlu dicatat bahwa teori ini ditunjang oleh sejumlah besar data mengenai migrasi dan interelasi flora atau golongan tumbuhan yang berbeda dalam abad geologi yang lampau , Disamping menjelaskan penyimpangan mengenai agihan tumbuhan dimasa sekrang.
2)      Teori mengenai “jembatan daratan”
Merupakan suatu teori yang popular dibeberapa kubu, dan memang hanya sedikit lautan atau bahkan samudera yng dalam secara hipotetik belum diberi jembatan daratan untuk menerangkan adanya penyimpangan dalam distribusi tumbuhan dan hewan.


Gambar 3 globe
Gambar peta
                                
Apabila kesamaan floristic antara dua daerahyang berjauhan mempunyai tumbuhan yang serupa harus diterangkan dengan adanya suatu jembatan dapat pula memberikan kondisi ekologi yang sama untuk migrasinya tumbuhan . Hal ini menuntut lebih banyak imajinasi daripada mebayangkan pemencaran zaman sekarang dengan sarana atau barangkali  dengan teori hanyutan benua yang melibatkandua daerah yang floranya sekarang samadan dulu menjadi satu,tetapi kemudian menjadi terpisah.
Hal itu membawa kita kepada teori tentang asal flora dari daerah kutub, dalam satu atau lain bentuk mempunyai pembela-pembela sampai sekarang. Ketiak dipercaya, bahwa kondisi iklim adalah seragam diseluruh bumi ini dalam abad-abad permukaan geologi, tanpa adanya difereansi ke dalam mintakat-mintakat sampai zaman kapur atau awal zaman tersier , orang mengira secara luas bahwa flora di bumi ini menyebar dari satu pusat yang terletak dalam wilayah kutub Utara-melalui Eropa ke Afrika, melalui bagian Timur Asia Malaysia da Australia dan melalui Ameriak Utara ke Amerika Selatan.Inilah teori Kutub Utara atau Teori Monoboreal tentang asal flora.
Biarpun demikian,tidak ada satu teori pun yang dapat diterima baik, karena sekarang diakui, bahwa mintakat-mintakat iklim telah ada sejak kehidupan di bumi dan abad- aba des terjadi sebelum zaman pleistosen , dan bagian bagian bumi lain yang bukan daerah kutub sekarang.
E.     PERUBAHAN-PERUBAHAN PASCA GLASIAL
Perubahan iklim berpengaruh terhadap agihan tumbuhan sampai masa sekarang, dan memang perubahan-perubahan demikian dan pengaruhnya terhadap kehidupan tumbuhan masih terus berjalan dan dikira akan berlangsung terus. Urutan-urutan perubahan setelah masa glasial adalah sebagai berikut:
1)      Endapan tertua yang menyusul mundurnya zaman es terakhir menunjukkan bukti adanya urut-urutan vegetasi Kutub Utara – setengah Kutub Utara yang dicirikan oleh betulan kerdil (betulan nana). Salix dan Dryas octopetala, yang berkembang dibawah kondisi yang baik yang agak kering maupun yang dingin kecuali sekitar pertengahan priode itu, yang misal bertahan di Kepulauan Britania sampai kira-kira 11.000 tahun yang lalu.
2)      Suatu periode “Pra-Boreal” dengan iklim yang berubah-ubah tetapi lebuh lunak,yang ditandai oleh Pinus sylvestris, Betula (Betula pubescens s.1), elm (Ulmus), dengan Picea yang di dominan di beberapa daerah bagian timur.
3)      “boreal” dengan iklim darat yang relatif panas dan kering, yang menjelang berakhirnya mendukung perkembangan hutan pohon kayu – khususnya tersusun atas pohon pasang ( Quercus) secara melimpah dengan di “sabuk beriklim sedang” disertai oleh Corylus, dan bertahan di situ sampai tujuh atau delapan ribu tahun.
4)      “Atlantik” lebih panas lagi tapi basah dan dicirikan oleh hutan campuran pohon pasang (Quercus) dengan linde (Tilia).
5)      “Setengah Boreal” iklim yang bersifat kontinental dan lebih kering, yang berlangsung sampai 2,500 tahun yang lalu dan dalam periode itu terjadi suatu penurunan pertumbuhan rawa-rawa tetapi ada suatu peningkatan pohon jarum (Coniferae) dan kedatang pohon Fagus dan Carpinus.
6)      “Setengah Atlantik” yang ditandai dengan banyaknya pembentukan formasi rawa.periode ini tampaknya selama ribuan tahun terakhir, dan khususnya dalam dasawarsa belakangan, membuka jalan kearah periode yang lebih panas dan lebih kering.
Sampai sejauh ini, Rincian perubahan-perubahan tersebut di daerah yang berbeda-beda dengan cukup beras pula, sehingga dalam peristiwa dikenal beberapa tahap dan dalam peristiwa lain lebih sedikit. Pada umumnya, kecenderungan adalah untuk menemukan suhu-suhu yang kurang menguntungkan ke arah utara, dan khususnya di Kutub Utara, dimana paling baik terdapat suatu kondisi mendekati yang berlaku sekarang di daerah Subantartika. Selanjutnya, penelitian yang berbeda memberikan penafsiran yang berbeda-beda mengenai bukti-bukti “setengah fosil” dan bukti-bukti lain yang tersedia, dan hanya penyamarataan yang paling sederhana yang dapat diberlakukan untuk sebagian besar bagian-bagian dunia yang terpengaruh secara drastis. Biarpun demikian, jelas bahwa ada pergantian iklim secara berturut-turut yang terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) suhu yang meningkat, (2) kulminasi (puncak pertumbuhan), (3) kemunduran jumlah pohon yang suka panas dan munculnya jenis yang sekarang bersifat predominan. Penentuan umum (lapisan bumi) dengan metode seperti “karbon-14” belakangan ini menunjukkan, bahwa perubahan-perubahan iklim itu di kedua sisi samudra Atlantik terjadi pada waktu yang kurang lebih bersamaan.
Hipotesisi tentang perubahan iklim ini menyatakan, bahwa dari tumbuh-tumbuhan yang karena jumlahnya yang amat besar terpisah-pisah dalam kelompok-kelompok selama salah satu periode itu, jenis Atlantik dan Subarktik yang menyukai daerah-daerah yang mempunyai iklim oseanik, dan tumbuhan dari periode yang paling awal atau jenis-jenis Boreal dan Sub Boreal lebih menyukai daerah pedalaman dengan iklim kontinental yang cenderung lebih kering dan lebih panas meskipun kadang-kadang meningkatkan ke yang ekstrim.
F.     WARISAN GENETIK
Aspek yang masih perlu di pertimbangkan sebagai bagian dari latar belakangsejarah agihan tumbuhan adalah aspek evalusioner yang menonjil di berian dalam bentuk poliploid,fisologi dan referensi terhadap habitat tertentu oleh kesatuan tumbuhan tertentu sjak lama sudah seperti sekarang ini,demikian pula tak perlu diragukan bahwa banyak habitat dan petunjuk morfologi (dalam betuk umum)serta petunjuk-petunjuk anatomi (struktur internal)mengenai hubungan ekologi yang berlaku sekarang .banyak sikap mngenai perubahan-perubahan iklim dan kondisi lain dalam dalam masa-masa yang lalu.evolusi berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda  sepanjang periode, dimana terdapat kehidupan yang maju di bumi ini ,seperti kemampuan bermigrasi, potensinya untuk beradaptasi dan referensi  terhadap habitat kosekoensi nya kita harus memperhatikan perkembanagn evolusioner.
Tepat seperti kebananyakan manifestasi bentuk yang nyata di warisi oleh setiap generasi dan proses ini diulang terus menerus tanmpa batas ,demikian pula fungsi dan sifat-sifat fsiologi yang berbeda di waris dengan cra yang sama termasuk sifat-sifat yang mengendalikan kemmampuan bermigrasi,potensi akliminasi dan referensi terhadap habitat pada tumbuhan yang berbeda-beda..hasil pewarisan itu  dari generasi ke generasi menjadi galur atau ‘’strain strain’’tumbuhan ,adalah kecocokan yang nyata bagi tumbuhan tertentu yang lain tidak sesuai dengan tumbuhan-tumuhan di daerah lain, seperti halnya evolusi bentuk merupakan hasil aksi atau interaksi suatu proses, seperti mutasi .(termasuk kebnyakan jumlah kromosom atau perubahan lain) pembastaran (pembentukan kombinasi baru dari bahan-bahan gen), isolasi dan koleksi alam demikian pula dengan dengan evolusi terbentuk susunan fisiologi khusus ,tidak pedui dengan bagaimana bentuknya, disini termasuk factor-faktor fisiologi yang pada factor-fakto itulah bergantung kecocokan suatu tumbuhan untuk dapat tumbuh di daerah tertentu.
Daerah yang potensial utuk agihan suatu jenis tumbuhan dibatasi oleh factor-faktor demikian itu jadi jenis tumbuhan tadi yang dapat tumbuh secara alami ,batas akhir daerah agihan suatu jenis tumbuhan dapat dikendalikan oleh faktor genetik yaitu:
1.      Terbatas pada derah dengan kisaran iklim tertntu
2.      Dalam daerah daerah dengan kisaran iklim tertentu it terbatas pada tempat-empat dengan jenis tanah tertentu .
Dan aklimitisasi memungkinkan tumbuh melipuytti beberapa garis lintang hal ini dapat terjadi dalam beberapa hal yang di tentukan secara genetic kecuali,beberapa perubahan evolosioner yang fundamental dalam ras,hal ini kada terjadimelalui mutasi dan hibridisasi ,kearah ini dan juga efektif ialah perubahan dalam populsai seperti yang dapat terjadi melalui isolasi dan seleksi bentuk yang sesuai untuk menghadapi kondisi setepat,,suatu populasi bahkan bahkan dari suatu jenis kesatuan yang lebih rendah ,biasanya terdiri dari banyk biotipe yang dalam pewarisan sifat sedikit berbedaras geografi yng berbeda dari jenis kadang muncul mempunyai referensi terhadp habitat ,dan konsekuensinya mempunyai daerah agihan dengan kisaran tertentu ,isolasi geografi meningkatkan keaneka ragaman evolisioner ,bukan hanaya karena adanya perbedaan seleksi dan kecenderungan ervariasi ,tetapi juga karena adanya mutsi-mutasi yang terjadi kemudian tidak dapat dibagi oleh persilanagan biotipe pada waktunya akan dihasilkan jenis yang baru .
Evolusi berlangsung relative mudah dan cepat dalam contoh lain berjalan lebih lambat, kebanyakan tumbuhan dari batangnya berkayu di daerah beriklim sedang sudah ada sejak zaman tersier,jadi sudah hadir di bumi lebih dari lima juta tahun  ,masa itu merupakan masa iklim yang berubah-ubah meluas secara jauh ke kutub daripada iklim zaman sekarang dan jenis tumbuhan berkayu dari daerah iklim sedang cenderung mempunyai agihan yang jauh lebih luas ,salah satu asas yang lebih aktif yang cenderung mengaburkan pengaruh langsung evolusi adalah introgesi,yang merupakan infiltrasi plasma nutfah suatu jenis secara gradual (dan  oleh karena itu menanamkan segi ciri-ciri tertentu)ke dalam jenis tumbuhan lain sebagai hasil pembastaran dan persilanahgan balik berulang–ulang dengan galur-galur parental yang asli ,gangguan habitat mendorong terjadinya pembastaran gangguan itu dapat terjadi diwilayah luas seperti daerah kutub utara dengan seringnya pembekuan yang terjadi di habitat –habitat terbuka dengan kompetesi yang kecil kita dapat mengharap arus gen yang siap itulah yang merupakan  plastisiytas tumbuhan kutub utara ytyang terkenal bagi populasi yang berkerabat dekat hanay dapat hidup secara simpatrik (berkeoksistensi dalam wilayah yang sama)jika tumbuhan itu mempunyai reproduksi yang terisolasi.panjang umurnya merupakan faktior penting dalam mengendalikan pembastaran dan introgesi ,khususnya bila keseragaman dapat dipertahankan oleh besarnya perkembanagn secara vegetative,dengan konsekoensinya adanya arus gen yang terbatasdan trbatanya rekombinasi genetic dalam keadaan demikian keturunan dengan adaptasi buruk cenderung mudah tersingkir ,dengan arus gen bebas dan sejumlah mutasi yang cukyup besar dalam generasi yang secara cepat mengadakan pergantian keturunan,lebih banyak tersedia “bahan baku untuk digarap’’ melalui seleksi alami dan dapat diharapkan evolusi dapat berlangsung lebih cepat.
Pola agihan organism, seperti kenampakan luar dan susunan genetic tumbuhan penyusunnya sendiri,merupakan hasil interaksi proses-proses evolusi dan iklim,tanah, dan perubahan-perubahan lain sepanjang waktu yang lama, sekarang ini kesamaan dalam pola agihan menunjukan kesamaan latar belakang umum ,termasuk sejarah evolusinya dan ini dapat memberikan kemungkinan untuk meramalkan sejarah suatu organism yang dalam rekaman fosil-fosil mempunyai wakil-wakilnya tettapi genetic tidak dikenal asal kita mempunyai yang lain dengan agihan yang dapat disamakan dalam segi terakhir diketahui dengan baik .
Menurut pandangan modern beberapa asumsi lama harus dimodifikasi misalnya,bahwa keanekaragaman suatu golongan bergantung pada umurnya,umur suatu jenis takson berkaitan langsung dengan ukuran daerah agihan ,demikianlah pokok-pokok hipotensi “umur dan area” evolusi dan migrasi berlangsung dalam laju golongan yang berbeda-beda dan masa yang berlainan.
Penyamarataan seperti memberikan pengarahanunytuk menentukan asal suatu tempat  golongan tumbuahan tententua mungkin merupakan suatu hal yang berbahaya  seperti perkiraan bahwa tempat asli suatu golongan adalah tempat beradanya jumlah terbesar warganya. Demikianlah keadaannya golongan tumbuhan tua dapat mempertahankan diri dibawah perubahan iklim yang besar dan mati di daerah-daerah utama dimana mereka dapat hidup subur termasuk di daerah asal mereka dan rupanya daerah yang menguntungkan dimana dapat diharapkan bahwa kondisinya untuk evolusi adalah berbeda . untuk marga dan takson yang lebih tinggi hewan menyusui(mamalia)yang lebih tinggi ,dimana rekaman fosil jauh hamper lengkap daripada tumbuhan. Penyamarataan lebih jauh pun pusat asala adalah area tempayt di temukannya jenis teumbuhn yang paling maju dan tidak berbahaya, jenis tumbuhan yang paling primitive adaalah yang paling jauh dari pusat itu ,golongan tumbuhan yang maju dan yan primitive mengalami spesialisasi yang jauh efektif untuk pemencaran  dan secara genetic lebih terbuka untuk migrasi sehingga tumbuhan itu dapat diharapkan mengkolonisasi bumi.

G.    TUMBUHAN POLIPLOID DAN WILAYAHNYA
Implikasi fitogeografi poliploid-poliploid (organiseme inti sel mengandunglebih dari 2  khromosom atau seperangkat krhomosom, telah dibahasbelakangan ini,sehinngga kebanayakn kesimpulan yang diambil bersifat sementara. Tumbuhan poliploid di temukan pada golongan utama tumbuhan pada angiospermae banayak sekali terdapat pada perna parenial.tumbuhan poliploid itu sering tumbuh lebih subur daripada kerabatnya yang diploid, bahkan dari jenis yang sama dan disamping perbedaan anatomi misalnya sel-sel yang lebih  besar dan butir-buir serbuk sari yang lebih besar pula ,mungkin menunjukan penyimpanan morfologi seperti mempunyai bunga yang lebih besar, dan batang yang leih besar .tumbuhan polidploid memperlihatkan kecenderungan yang lebih besar untuk berkembang biak dengan sarana-sarana vegetative atau seksual daripada kerabatnya yang bersifat diploid dari segi pandangan bahkan yang lebih penting adalah kenyataan bahwa tumbuhan diploid menunjukan referensi ekologi dan agihan geografi yang sanagt berbeda daripada yang diploid ,meskipun tidaak ada peraturan umtuk mengatur prilakunya.
Secara keseluruhan gejala poloploid dapat mempunyai signifikasi yang   besar kaitannta dengan ekologi dan geografi,beberapa perubahan yang menyertai poliploid seperti perubahan dalam perawakan dan ukuran daun, dalam jumlah ukuan mulut daun dalam perambutan dapat berpengaruh terhadap transpirasi,ciri-ciri lain umumnya laju perkembanagn nya yang terhambat, waktu berbunga yang lambat,melemahnya kemampuan untuk bersaing ,adanya perubahan fisiologi yang menyertai poliploid,termasuk perubahan ketahanannya terhadp kekeringan. Yang mungkin mempunyai signifikansi yang besar u ntuk mempertahankan diri terhadap agihan geografi.tumbuhan parenial sering menjadi poliploid berlawanan dengan kerabatnya yang bersifat annual. Sifat-sifat itu berpengaruh terhadap kemampuannya beradaptasi dan berkompetensi dan oleh karena itu perpengaruh terhadap amplitude ekologinya dan sebagai konsekoensinya juga terhadap agihan geografi.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Agihan setiap jenis tumbuhan yang menyusun flora modern cenderung dipengaruhi oleh:
1.      Sejarah tumbuhan selama masa lampau (geologis) dan masa sekarang
2.      Apa yang disebut dengnan kemampuannya untuk bermigrasi, dan
3.      Daya adaftasi secara fisiologisatau dengan cara lain terhadap kondisi baru seperti factor lingkungan yang mereka capai.
Kemampuan berimigrasi bergantung pada keefisienan pemencaran dan kemampuan beradaptasi mengenal bentuk dan fungsi. Dengan ini  “sejarah fosil” dan perubahan-perubahan mutakhir harus dibicarakan berikutnya.
Sepanjang awal zaman tersier hutan-hutan cenderung teragihdengan luas dan lebih seragam daripada sekarang meliputi seluruh daratan dibelahan bumi utara, termasuk yang sekarang merupakan daerah tinggi kutub utara. Dan walaupun “sabuk” iklim selama kala itu dank ala sebelumnya tak perlu diragukan adanya jurang pemisah dalam “sabuk-sabuk” iklim itu, dalam masa-masa yang menguntungkan dengan vegetasi subur yang tumbuh dalam jarak beberapa derajat dari kutub utara dan kutub selatan, derah tropika akan merupakan daerah yang terlalu panas untuk kehidupan yang normal.
Penurunan suhu yang nyata yang menyebabkan beberapa daerah tertutup oleg gletser dan menyebabkan perubahan flora yang lengkap didaerah yang lain. Iklim sebagai pengendali utama vegetasi flora didaerah panas yang menguntungkan  barangkali terus berkembang  dengan cara yang hamper sama dengan yang terjadi dalam pertenngahan tersier,






DAFTAR PUSTAKA
Polunin, Nicholas. 1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar