INOVASI PENDIDIKAN GEOGRAFI
Dosen Pengajar:
ELLYN NORMELANI, M.Pd.
SELAMAT RIADI, M.Pd.
Di
susun
oleh:
DAHLIANI A1A513012
Kelas : A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
1. Hakikar,
Unsur, dan Ciri Inovasi Pendidikan
A. Hakiat
dan batasan inovasi
Kata ”innovation” (bahasa Inggris)
sering diterjemahkan segala hal yang
baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapiada yang menjadikan kata
innovation menjadi kata Indonesia yaitu
”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan,
karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata
penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari
bahasa Inggris ”discovery” dan
”invention”.
”Discovery”, ”invention”, dan
”innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya
ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik
sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama
kemudian baru diketahui atau
memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula
mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat
menggunakan diskoveri atau invensi.
Diskoveri (discovery) adalah suatu
penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah
ada, tetapi belum diketahui orang.
Invensi (invention) adalah suatu
penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang
ditemui itu benar-benar sebelumnya
belum ada, kemudian diadakan
dengan hasil kreasi
baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide,
barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil
invention maupun diskoveri.
Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu
masalah tertentu.
Inovasi pada dasarnya merupakan hasil
pemikiran yang bercirikan hal baru, baik berupa praktik-praktik tertentu, atau
berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah teknologi yang diterapkan
melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model inovasi
dalam berbagai bidang, antara lain usaha pemeratan pendidikan, peningkatan
mutu, peningkatan efesiensi dan efektivitas pendidikan, dan relevansi
pendidikan. Kesemuaanya dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa
diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan.
Beberapa contoh inovasi, antara lain:
program jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap,
pembelajaran kontekstual (contextual learning), pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Difusi inovasi dimaknakan sebagai
penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui prose komunikasi yang dilalukan
dengan menggunakan salurantertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara
anggota sistem sosial dalam masyarakat.
a. Inovasi
Pendidikan
Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip
Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi pendidikan sebgai suatu perubahan yang
baru dan secara kualitatif berada dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk
dalam bidang pendidikan.
Inovasi pendidikan pada dasarnya
merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang
bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik pendidikan tertentu, atau
berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan
melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan pendidikan yang timbul dan memperbsiki suatu keadaan pendidikan, atau
proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka
inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen
sistem pendidikan, baik sistem dalam
arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem
dalam arti yang
luas misalnya sistem
pendidikan nasional. Mattew
B. Miller menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai
berikut: ”To give more concreteness the universe called ”educational
innovations” some samples are
described billow. They are organized according to the aspect of a social system
which they appear to be most clearly associated.
In most cases social system involved should be taken to be that of a school or
cell although some innovations take place within the context of many larger
systems.”
Berikut ini contoh-contoh inovasi
pendidikan dalam setiap komponen
pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B.
Miles, dengan perubahan isi
disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
a)
Pembinaan
personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu
menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan
komponen personel misalnya: peningkatan
mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
b)
Banyaknya
personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu
menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem
serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada
satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200
artinya satu guru dengan 200 siswa). Misalnya disuatu sekolah satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepemilikan,
dan sebagainya.
c)
Fasilitas
fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai
sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang
sesuai dengan komponen ini
misalnya: perubahan bentuk tempat
duduk (satu anak satu
kursi dan satu
meja), perubahan pengaturan
dinding ruangan (dinding
batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan
dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium
bahasa, dan sebagainya.
d)
Penggunaan
waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang
relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar
(semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu
sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.
e)
Perumusan
tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan
komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan
SMP, SMA disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan
tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
f)
Prosedur.
Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur
untuk mencapai tujuan. Inovasi
pendidikan yang relevan dengan komponen
ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara
membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran
kelompok, dan sebagainya.
g)
Peran yang
diperlukan. Dalam sistem
sosial termasuk sistem
pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan
inovasi yang relevan dengan komponen ini,
misalnya: peran guru sebagai pemakai
media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media),
peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team
teaching, dan sebagainya.
h)
Wawasan
dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya
berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan
tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan
mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi
yang relevan dengan
bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup,
wawasan pendekatan keterampilan proses,
perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban,
kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum yang
disempurnakan, dan sebagainya.
i)
Bentuk
hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada
kejelasan hubungan antara bagian atau
mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya:
diadakan perubahan pembagian tugas antara
seksi di kantor
departemen pendidikan dan
mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan
perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang
pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
j)
Hubungan
dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa
hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang
relevan dengan bidang ini misalnya:
dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan
Departemen Kesehatan, data pelaksanaan
KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
k)
Strategi.
Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola
strategi yang digunakan sangat sukar
untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanyamenggunakan pola
urutan sebagai berikut:
1)
Desain.
Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan
penyebarannya berdasarkan
suatu penelitian dan obeservasi atau
hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2)
Kesadaran
dan perhatian. Suatu potensi yang sangat
menunjang berhasilnya
inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu
maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan
berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3)
Evaluasi.
Para sasaran inovasi mengadakan penilaian
terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang
kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya
dan sebagainya.
4)
Percobaan.
Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi
untuk membuktikan apakah memang
benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan
seperti yang diharapkan. Jika ternyata
berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna
sesuaistrategi inovasi yang telah direncanakan.
b. Difusi
Inovasi Pendidikan
Secara umum, difusi inovasi sebagai
penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui prose komunikasi yang
dilalukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu
tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
Everett M. Rogers (1983), menyebutkan
difusi sebagai proses untuk mengomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu
sistem sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang
waktu. Sedangkan difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan
inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan saluran tertentu dalam rentang waktu tertentu di antara anggota
sistem sosial masyarakat.
Rogers membedakan antara sistem difusi
sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi
sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti: kapan dimulainya difusi
inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya,
dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam
sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga
masyarakat) bekerja sama dengan beberapa
orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu
ada agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggungjawab terjadinya
difusi inovasi.
c. Elemen
Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok
difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi,
(2) komunikasi dengan
saluran tertentu, (3)
waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota
sistem sosial). Untuk
jelasnya setiap elemen diurakan sebagai berikut:
a.
Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang,
kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang
diadakan untuk mencapaitujuan tertentu. Baru di sini diartikan mengandung
ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu
masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan
adanya informasi berarti mengurangi
ketidak tentuan tersebut, karena dengan
informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
b.
Komunikasi
dengan saluran tertentu
Komunikasi dalam difusi inovasi ini
diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial,
sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang
menggunakan hal yang baru sebagai bahan
informasi. Inti dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran
informasi) tentang sesuatu hal yang baru
(inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai
berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan
berpengalaman dengan inovasi, (3) individu
atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi
yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
c.
Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam
proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang
memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini terjadi karena waktu tidak secara nyata
berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari
setiap kegiatan.
2. Pengertian
Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi
pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau
organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan
(implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas
itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.
Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda
antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada
kepekaan orang atau
organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi
itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai
proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam
mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja
yang dilakukan individu selama proses itu berlangsun serta perubahan apa yang
terjadi dalam proses inovasi,maka hasilnya diketemukan pentahapan proses
inovasi seperti berikut:
a)
Beberapa
Model Proses Inovasi Yang berorientasi pada Individual, antara lain:
1.
Lavidge
& Steiner (1961):
·
Menyadari
·
Mengetahui
·
Menyukai
·
Memilih
·
Mempercayai
·
Membeli
2. Colley (1961):
·
Belum
menyadari
·
Menyadari
·
Memahami
·
Mempercayai
·
Mengambil
tindakan
3.
Rogers (1962):
·
Menyadari
·
Menaruh
perhatian
·
Menilai
·
Mencoba
·
Menerima
(Adoption)
4.
Robertson (1971):
·
Persepsi
tentang masalah
·
Menyadari
·
Memahami
·
Menyikapi
·
Mengesahkan
·
Mencoba
·
Menerima
·
Disonansi
b)
Beberapa
Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain:
1.
Milo
(1971):
·
Konseptualisasi
·
Tentatif
adopsi
·
Penerimaan
Sumber
·
Implementasi
·
Institusionalisasi
2.
Shepard
(1967):
·
Penemuan
ide
·
Adopsi
·
Implementasi
3.
Hage
& Aiken (1970):
·
Evaluasi
·
Inisiasi
·
Implementasi
·
Routinisasi
3. Tujuan Inovasi Pendidikan
Menurut
santoso (1974) tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga,
uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi
pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas :
sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan
sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam
jumlah yang sekecil-kecilnya.
Adapun
tujuan inovasi pendidikan pada
umumnya adalah :
a)
Lebih meratanya pelayanan pendidikan
b)
Lebih serasinya kegiatan belajar
c)
Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan
d)
Lebih efektif dan efisiensinya sistem
penyajian
e)
Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi
kebijakan
f)
Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional
g)
Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan
kesadaran nasional
h)
Tumbuhnya masyarakat gemar belajar
i)
Tersebarnya paket pendidikan yang memikat,
mudah dicerna dan mudah diperoleh
j)
Meluasnya kesempatan kerja
4. Inovasi Pendidikan Di Sekolah
a)
Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh
hasil yang terbaik dalam mendidik siswa
b)
Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah
guru
c)
Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang
inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik
d)
Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam
tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas
e)
Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa
setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus
mengacu kepada kepentingan siswa
5. Skematik Inovasi di Sekolah
6. Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam
Inovasi Pendidikan
a)
Guru
Guru
adalah orang yang sanagat berpengaruh orang yang sangat berpengaruh dalam
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa
siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi
siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah
harus memiliki kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan yang dapat
memberikan kesan dan pengaruh.
Dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus meningkatkan
profesionalisme guru.
b)
Siswa
Siswa
merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa dididik oleh
pengalaman belajar mereka, dan kualitas pendidikannya bergantung pada
pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman, sikap-sikap, temasuk
sikap-sikapnya pada pendidikan. Dan belajar dipengaruhi oleh orang yang
dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan pendidikan, kita
harus memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan objek yang akan
diarahkan.
c)
Fasilitas
Proses
belajar mengajar akan berjalan lancer kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap.
Oleh karena masalah fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan,
maka dalam pembaharuan pendidikan kita harus serempak pula memperbaharui mulai
dari gedung sekolah sampai kepada maslah yang paling dominan, yaitu alat peraga
9sebgai penjelasan dalam penyampaikan pendidikan).
d)
Program atau Tujuan
Dalam
proses belajar mengajar kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Kita harus
meniliti apa tujuan pendidikan nasional kita, apa pula tujuan institusionalnya,
kurikulernya sampai kepada tujuan yang sangat sepesifik sekali telnologi
informasi dan komunikasi.
Dalam
pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau mengenyampingkan masalah
tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan akan lebih mudahlah kepada apa
yang akan dilakukan.
e)
Kurikulum
Kurikulum
dalam arti yang luas adalah yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam
sekolah. Kurikulum sekolah dapat dipandang sebagai bagian dari kehidupan. Oleh
karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju mundurnya pendidikan.
Apabila kita mengadakan suatu inovasi dalam pendidikan, kita harus
memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan. Kalau pendidikan diperbaharui,
maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya pun harus berubah. Kita tidak
bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada kurikulum.
f)
Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam
menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif,
dalam pelaksanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau
tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa
yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi
lebih baik teutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa
melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu,
bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan
masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan
pelaksana inovasi dalam pelaksanakan inovasi pendidikan.
g)
Kreatifitas
Penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlaianan untuk
menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik.
a)
Penemuan masalah
b)
Persiapan
c)
Pengendapan
d)
Wawasan
e)
Taktik
·
Mengembangkan
Kreativitas
a)
Imajinasi - intensif
b)
Keleluasaan-kebebasan pikiran
c)
Gila/aneh
d)
Hubungan antara objek - melahirkan ide-ide
·
Metode
Mengajar Guru
Memiliki kompetensi :
(Pedagogi, Profesional, Individual, dan Sosial)
a)
Planning Instruction
b)
Implementing Instructions
c)
Performing Administrative
Duties
d)
Communicating
e)
Development Personal Skills
f)
Developing Pupil Self
h)
Siklus Inovasi
i)
Kegagalan Dalam Inovasi
a)
Definisi tujuan yang buruk
b)
Buruknya
mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan
c)
Buruknya
partisipasi anggota tim
d)
Buruknya
pengawasan produk
e)
Buruknya
komunikasi dan akses informasi
7. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi
a)
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat
dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
b)
Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern
menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus
menerus dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan
konsep pendidikan seumur hidup (long education).
c)
Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah
manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang
sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan
manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi
dirasakan karena berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam
system pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
a)
Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum
dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
b)
Sistem pendidikan yang masih lemah dengan
tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum
menarik dan sebagainya.
c)
Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan
mantap dan belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini
maupun masa akan datang.
8. Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan
seperti inovasi kurikulum antara lain adalah :
a)
Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
b)
Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
c)
Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga
mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
d)
Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
e)
Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
(Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di
atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan
pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan
itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua
siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan
9. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Motivasi yang mendorong
perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua
hal yaitu:
a)
Kemauan
sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap
tantangan kebutuhan masyarakat, dan
b)
Adanya
usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan
dan sistem sosial terjadi hubungan yang
erat dan saling mempengaruhi. Agar
dapat lebih memahami
tentang perlunya perubahan pendidikan
atau kebutuhan adanya inovasi pendidikandapat kita gali dari tiga hal yang
sangat besar pengaruhnya terhadap
kegiatan di sekolah, yaitu:
1)
Faktor
Kegiatan Belajar Mengajar
Yang
menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah
kemampuan guru sebagai tenaga
profesional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang
pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas
pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang menyebabkan
orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan
yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.Sebagai alasan
mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan
tersebut, antara lain dikemukakan bahawa:
a)
Keberhasilan
tugas guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara
guru dengan siswa. Dengan demikian maka
keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru
dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama
belum tentu menghasilkan prestasi
belajaryang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya
dengan kondisi kelas yang sama diajar
oleh guru yang berbeda belum tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para guru tersebut semuanya telah
memenuhi persyaratan sebagai guru yang profesional.
b)
Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan
yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya.
Kegiatan guru di kelas merupakan
kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru di
kelas tanpa diketahui oleh guru yang
lain. Dengan demikian
maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa
yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
c)
Berkaitan
dengan kenyataan di atas tersebut, maka sanagat minimal bantuan teman sejawat untuk
memeberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan
guru di kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang
lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin masih
banyak kekurangannya.
d)
Belum
ada kriteria yang baku tentang bagaimana
pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan
proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang
ikut menentukan keberhasilan kegiatanbelajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria
tersebut sudah dilakukan
misalnya dengan digunakannya APKG (Alat Penilai Komptensi Guru).
e)
Dalam
melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi
sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi
fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang sosial ekonominya.
Guru tidak mungkin
dapat melayani siswa dengan memperhatikan perbedaan
individual satu dengan yang lain, dalam
jamjam pelajaran yang sudah diatur dengan jadwal dan dalam waktu yang sangat
terbatas.
f)
Berdasarkan
data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan
kegiatan belajar mengajar dilakukan
dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut
untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak
yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan
anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
g)
Guru
juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus
dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya.
Ada kemauan guru untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, mungkin dengan
cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas
yang harus dilakukan masih terasa berat,
jumlah muridnya dalam satu kelas 50
orang, masih ditambah tugas
administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah
penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih
banyak lagi faktor yang lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan
profesi guru mengalami hambatan.
h)
Guru
dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan
belajar mengajar mengalami
kesulitan untuk menentukan pilihan mana
yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta
agar guru mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harus menyelesaikan
sajian materi kurikulum yang
harus diselesaikan sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan, karena menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu segi
guru dituntut menekankan perubahan tingkat laku afektif,tetapi dalam evaluasi
hasil belajar yang dipakai untuk menentukan
kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek kognitif.
2)
Faktor
Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi
pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan
ialahsiswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk
mencapai perubahan tingkah laku siswa.
Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan
berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai
pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut
mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia
sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan)
merupakan faktor internal dan juga faktor eksternal, seperti: guru,
administrator pendidikan, konselor, terlibat secara langsung dalam proses
pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang di luar organisasi sekolah
tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas, inspektur, pemilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga pengusaha yang
membantu pengadaan fasilitas
sekolah. Demikian pula para panatar guru, staf pengembangan dan penelitian
pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru, juga merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap pelaksanaan
sistem pendidikan atau inovasi pendidikan. Namun apakah mereka
termasuk faktor internal atau
eksternal agak sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga
menjadi anggota organisasi persatuan guru, yang dapat dipandang sebagai faktor eksternal.
c)
Sistem
Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah diatur dengan aturan yang
dibuat oleh pemerintah. Penanggung
jawab sistem pendidikan di
Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh sistem
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
Dalam kaitan denga adanya berbagai macam aturan dari pemerintah
tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana
batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya
dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan
kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadpi
tantangan kemajuan jaman.
10. Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
a)
Sistem PAMONG
Perkataan
PAMONG sendiri adalah singkatan dari PEndidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua
dan Guru dan telah dipergunakan sejak kegiatan pencarian alternative atau
pelngkap bagi pendidikan dasar pada umumnya, proyek ini berawal dari proyek
kerjasama antara BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO
Regional “Innotech Centre” (Innovation and Educational Technology) pada tahun
1974-1979. Lokasi proyek ini terletak di Solo, Jawa Tengah. Pada dasarnya
system ini mengetengahkan peranan baru bagi guru dari pengajaran di muka kelas
menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola ia harus dapat
meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada jumlah 40 orang
murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu mengelola antara
80-100 orang. Murid-murid belajar sendiri ddengan menggunakan modul yaitu suatu
satuan pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran telah tersusun dan terprogram
sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi bahan, latihan dan riset,
serta kegiatan praktikum, tes dan umpah balik, serta ujian. Sehingga modul itu
“ dapat mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan
mengajar menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.
Salah
satu prinsip system SD PAMONG adalah bawhwa belajar dapat berlangsung
diberbagai tempat, artinya system SD PAMONG berusaha untuk mengubah pandangan
bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung sekolah dan bahwa jika anak
putus sekolah juga berarti putus belajar. Dengan demikian system SD PAMONG di
samping merupakan usaha serta kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan
kesempatan bagi anak yang karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat
belajar di sekolah biasa
b)
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan
proyek KKN adalah melengkapi para mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang
kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga
kerja terdidik untuk pembangunan di 58.000 desa yang tersebar di seluruh
Indonesia. Rencana tersebut dimulai tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas
yang merintis melaksanakan proyek tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976
sebanyak 28 Lembaga Pendidikan Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya
seluruh mahasiswa di tingkat terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang
setahunnya akan terlibat kegiatan KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan
tenaga-tenaga akademik yang terampil, berpengalaman langsung secara praktis
tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan bukan sekedar
berpengetahuan teori dari bangku kuliah saja.
c)
Program Penerimaan Bakat
Proyek
ini bertujuan untuk membantu murid dan mahasiswa yang berbakat serta
berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan dan beasiswa diberikan kepada pelajar
di setiap jenis dan tingkat pendidikan. Adapun persyaratan untuk memperoleh
beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai bakat yang menonjol, berprestasi tinggi
tedtpi ekonominya lemah. Penilaian didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama
dan dilaksanakan secara sktoral. Selain beasiswa, program ini juga memberikan
bantuan dalam bentuk buku-buku dan sebagainya. Kini di Indonesia telah terdapat
berbagai badan yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa, seperti Supe Semar
yang dalam REpelita selanjutnya memberikan bantuan khusus kepada anak yang
berbakat istimewa.
d)
Proyek Pendidikan Guru
Proyek
ini sebagai bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari karir guru, tidak hanya
meliputi pendidikannya tetapi juga pengabdiannya terhadap masyarakat dan
pendidikan profesionalisme yang didukung oleh suatu penelitian. Tujuan proyek
ini ialah dimilikinya lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat,
baik yang bersifat in-service maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam
suatu jaringan yang saling mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu
mendorong secara mantap perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan
menyusun suatu rencana kemudian mengujinya, jika diperlukan akan diadakan
perubahan penyempurnaan terhadap disain tersebut sehingga guru-guru mampu
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kurikulum yang baru. Selain itu proyek ini
akan menggunakan pendekatan dan metode pendidikan guru secara konsisten sesuai
dengan sekolah-sekolah yang bersangkutan.
e)
Model Pembaharuan pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan
konsultasi untuk pengembangan model Sekolah Menengah Umum yang semula adalah
untuk menciptakan beberapa sekolah model untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
khusus. Namun, kemudian tim konsultan ditugaskan untuk menangani kegiatan ini
bersama-sama dengan staf Dikmenum dan semua menyetujui bahwa konsep sekolah
model yang lama tidak efektif dalam melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep
baru bagi model “pengembangan sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan
Internasional, konsultan Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang
tradisional bergantung kepada gambaran sekolah yang sangat baik dan memperoleh
tambahan input (uang, pelatihan, fasilitas dan sumber pembelajaran) menciptakan
adanya model yang bagus yang akan ditiru oleh sekolah lain. Masalah yang
terlihat jelas untuk pendekatan ini adalah bahwa sekolah biasa akan sulit untuk
diubah menjadi sekolah yang bagus apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua
adalah apabila input yang sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan
model tidak akan difasilitasi.
Sebagai
alternatif, mereka yang terlibat dalam sekolah model memilih untuk merencanakan
langkah yang berbeda dalam pembuatan konsep pengembangan sekolah “model”.
Kunjungan ke beberapa sekolah di wilayah yang berbeda oleh para konsultan
membawa hasil akan kayanya informasi mengenai prakarsa Sekolah Menengah Umum
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah setempat. Usaha inovatif ini
menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan mutu sekolah basisnya ada pada
tingkat sekolah. Dari sini jelas sekali terlihat oleh para konsultan, bahwa
sekolah yang mengalami peningkatan dan pengembangan adalah yang dapat mewakili
model pengembangan sekolah. Fokusnya adalah pada “proses” yang dialami oleh
sekolah ketika mutu pendidikan meningkat.
Salah
satu keuntungan dari model ini adalah apabila sekolah sudah mencapai
tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal dan pengambilan keputusan
bersama, sekolah dapat menjadi mandiri. Hal ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator pada fungsi
sekolah yang berbeda. Masalah utama adalah arah pengembangan sekolah dan
identifikasi sumber keuangan untuk membantu pengembangan sekolah yang dapat
berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala sekolah. Dalam sistem pendidikan
di mana kepala sekolah secara periodik diganti, pendekatan ini membuat
pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan meskipun kepala sekolah yang baru,
baru diperkenalkan dengan sekolahnya.
Model
ini merupakan tinjauan yang menyeluruh terhadap semua yang terlibat dalam
proses pengembangan kondisi untuk pembaharuan di sekolah. Ketika Sekolah Menengah
Umum berjalan menuju peningkatan mutu berbasis sekolah) hal ini menunjukkan
kepada sekolah bahwa proses pengembangan akan tercapai.
f)
Sistem KBK dalam Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen
mampu memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana
pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi
mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan
model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta
didik yang sanggup bersaing di era globalisasi. Salah satu model yang
berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis
pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada
penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu,
hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan,
hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang berasal dari hasil penelitian dan
waktu yang memadai kepada peserta belajar. Kedua, memotivasi mahasiswa dengan
memberi perhatian cukup kepada mahasiswa. Memberi materi yang relevan dengan
tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi
semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita
jalankan. Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/
metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Keempat, memberi umpan balik
sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar
mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.
Sumber :
Hasbullah.
2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi
Revisi 5. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung: PT RajagrafindoPersada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar