Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juni 2015

EROSI


tanah longsor, salah satu bentuk erosi
Erosi adalah pengikisan dan pengangkutan tanah dan batu-batuan lapuk pada permukaan bumi oleh tenaga erosi yang berasal dari aliran air dan tiupan angin. Tenaga lain yang dapat menimbulkan erosi adalah tenaga gelombang laut, es, air tanah, dan gravitasi.
Erosi tanah (soil erotion) adalah penghancuran dan pemindahan tanah sebagian atau seluruhnya. Erosi tanah juga banyak dipengaruhi oleh kegiatan manusia dalam menggunakan lahan. Tenaga erosi tanah umumnya  berasal dari tenaga air dan angin.
a)  Erosi oleh air
Erosi oleh air dimulai oleh jatuhnya titik-titik hujan (rain droups) ke permukaan bumi yang menekan tanah, memecah agregat tanah, dan melepaskan partikel-pertikel tanah bersama air hujan. Erosi tanah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
  1. Erosi percik (splas erotion), erosi yang berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang  disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah.
  2. Erosi lembar (sheet erotion), erosi yang memecah partikel-partikel tanah pada lapisan tanah secara merata dan tipis setelah terjadi limpasan di atas permukaan tanah.
  3. Erosi alur (riil erotion), erosi yang menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah yang baru diolah
  4. Erosi parit (gully erotion), erosi yang menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm. read more
b)  Erosi oleh gelombang
salah satu bentuk erosi di pantai yang disebut abrasi
Erosi mengubah muka bumi menjadi bentuk daratan. Erosi selain terjadi di darat juga di pantai. Erosi di pantai atau abrasi disebabkan oleh gelombang laut yang mengikis tanah atau batuan di sepanjang pantai. 



 
 c)  Erosi oleh angin
Erosi angin umumnya terjadi di daerah kering (beriklim arit dan semi arit) dan sedikit vegetasi. Butir-butir pasir yang terbawa angin mengikis permukaan batuan searah jalur angin, pasir mengilapkan dan menghaluskan permukaan batuan. Erosi angin cenderung terjadi pada bagian bawah batuan. Tiupan angin menyebabkan partikel-partikel tanah pada lahan terbuka berpindah ke tempat lain. Perpindahan ini dipengaruhi kecepatan dan arah angin.
Gerakan partikel-partikel tanah yang terangkut oleh angin dapat dibedakan menjadi 3 sebagai berikut:
  1. Gerakan menyerap pada permukaan tanah (soil creep), gerakan ini dilakukan oleh partikel-partikel tanah yang berukuran relatif besar.
  2. Gerakan meloncat-loncat di atas permukaan tanah (saltation) gerakan ini dilakukan oleh partikel-partikel yang berukuran sedang.
  3. Gerakan dalam suspanse, gerakan ini dilakukan oleh partikel-partikel tanah berukuran halus yang terangkut angin dengan jarak paling jauh.
Faktor – faktor penyebab erosi
a)  Curah hujan
b)  Sifat tanah
Sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhdap erosi adalah
-            Tekstur tanah
-            Bentuk dan kemanfaatan struktur tanah
-            Daya inflasi tanah 
-            Kandungan bahan organik
c)  Lereng
d)  Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap erosi tanah adalah :
-       Menghalangi air hujan tidak jatuh langsung di permukaan tanah
-       Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi
e)  Manusia
Dampak erosi terhadap kehidupan
a)  Kerusakan di tempat terjadinya erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanah mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
-       Penurunan produktifitas tanah
-       Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman
-       Kualitas tanaman menurun
-       Laju inkultrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang
-       Struktur tanah menjadi rusak
-       Lebih banyak tenaga yang dibutuhkan untuk mengolah tanah
-       Erosi gully dan tebing longsor menyebabkan lahan terbagi-bagi dan mengurangi luas lahan yang dapat ditanami  
b)  Kerusakan di tempat peristiwa hasil erosi
Padat tanah disebut polusi sedimen yang mengakibatkan pengendapan bahan tanah tererosi ke tempat lain. Pengendapan ini dapat menyebabkan:
-       Pendangkalan sungai
-       Tanah-tanah yang subur terkadang menjadi rusak karena tertimbun oleh tanah batu-batuan dan pasir dari tempat lain
-       Apabila digunakan untuk minum airnya kotor
-       Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut mempengaruhi keseimbangan sungai.
Usaha – usaha untuk mengurangi erosi tanah
Usaha menjaga kesuburan tanah
-            Pemupukan diusahakan dengan pupuk hijau
-            Sistem irigasi yang baik
-            Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan cadangan
-            Menanami yang telah gundul
-            Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar
Usaha mengatasi erosi tanah pada lahan pertanian di daerah miring
  1. Terasering, yaitu menanam tanaman dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi
  2. Contour farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur sehingga perakaran dapat menahan tanah
  3. Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan erosi
  4. Contour plowing, yaitu membajak searah garis kontur sehingga terjadilah alur-alur horizontal
  5. Contour strip cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah dalam bentuk sempit dan memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berkelok-kelok, masing-masing ditanami tanaman yang berbeda jenisnya secara berselang-seling atau tumpang sari.
  6. Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara akibat dihisap terus oleh salah satu jenis tanaman.

PROSES TERJADINYA PETIR

Proses Terjadinya Petir

Petir merupakan peristiwa lepasnya muatan listrik statis yang terjadi secara dramatik dan alamiah. Peristiwa ini akibat dari keluarnya muatan-muatan listrik dari benda, dalam hal ini adalah awan. Pelepasan listrik statis kadangkadang terjadi secara perlahan dan tenang. Namun, sesekali berlangsung cepat disertai percikan cahaya atau suatu bunyi ledakan. Percikan cahaya yang muncul ini disebut dengan kilat.
Petir terjadi akibat adanya dua awan bermuatan listrik sangat besar dan berbeda jenis yang bergerak saling mendekati. Lalu, bagaimana awan dapat memiliki muatan listrik yang sangat besar? Pada awan hitam yang merupakan gumpalan air hujan, berhembus angin yang sangat kencang. Akibatnya, partikel-partikel di dalam awan yang bercampur debu, garam dari lautan, dan lain-lain, saling bertabrakan. Tabrakan ini menyebabkan lepasnya elektron dari partikel-partikel tersebut. Partikel yang kehilangan elektron bermuatan positif dan yang mendapat tambahan elektron bermuatan negatif. Akibatnya, awan yang memuat partikel tersebut akan menyimpan muatan listrik yang sangat besar.
Muatan listrik negatif turun ke bagian dasar awan dan muatan positif naik ke bagian atas. Ketika awan melewati sebuah bangunan, terutama yang tinggi, bagian bawah awan yang merupakan tempat terkumpulnya muatan negatif menginduksi bagian atas bangunan sehingga menyebabkan bagian atas bangunan ini bermuatan positif dan muatan negatif bangunan dipaksa turun ke bagian bawah bangunan.
Karena muatan pada kedua benda ini berlainan jenis berdasarkan sifat muatan, maka masing-masing muatan akan saling menarik satu sama lain. Saat itu, elektron melompat ke bagian atas bangunan dan menimbulkan kilat dengan energi panas yang sangat besar dan seringkali disertai bunyi menggelegar yang disebut petir. Selain bangunan, benda lain yang ada dan menjulang tinggi di permukaan bumi akan mengalami peristiwa yang sama. Benda yang terinduksi awan hingga menyebabkan timbulnya loncatan bunga api listrik (kilat) biasa disebut sebagai benda yang terkena sambaran petir.
Untuk menghindari bahaya yang diakibatkan oleh sambaran petir, Benjamin Franklin, orang pertama yang mengamati bahwa petir tak lain adalah listrik statis membuat alat yang ditujukan sebagai penangkal petir. Ia mengusulkan untuk menggunakan batang logam runcing yang ditaruh di atas benda yang akan dihindarkan dari petir, biasanya benda yang berupa bangunan, seperti gedung. Alat penangkal petir terdiri atas batang logam runcing yang disimpan di atap bangunan, lempeng logam tembaga yang tertanam dalam tanah sekitar kedalaman 2 meter, dan kawat penghantar sebagai penghubung batang logam dan lempeng tembaga.
Bagian ujung penangkal terbuat dari logam yang merupakan konduktor. Aliran ion positif dari logam yang runcing ini menuju ke awan sehingga dapat mengurangi muatan listrik induksi pada atap bangunan dan menetralkan beberapa muatan listrik negatif pada awan. Ini dapat mengurangi kesempatan atap gedung tersambar petir. Jika petir masih menyambar, kawat penghantar pada alat ini menjadi jalan untuk elektron-elektron bergerak menuju ke dalam tanah tanpa merusak bangunan.

POLA ALIRAN SUNGAI


Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran tertentu di antara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Berbagai jenis pola aliran sungai

Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut : 
1.  Pola Aliran Dendritik
 
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2.  Pola Aliran Radial 

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.


3.  Pola Aliran Rectangular 
Berbagai jenis pola aliran sungai

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.

4.  Pola Aliran Trellis 

Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.


5.  Pola Aliran Sentripetal  
 
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.

6.  Pola Aliran Annular 
 
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7.  Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)  
 
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.

STRUKTUR POLA ALIRAN SUNGAI


Struktur Pola Aliran Sungai
Beberapa pola aliran sungai yang banyak dikendalikan oleh struktur-struktur batuan dasarnya, kekeraan batuan, dan sebagainya. Yaitu :
  • Pola Aliran Dendritik
    mirip sebuah gambaran batang pohon dengan cabangcabangnya, mengalir kesemua arah dan akhirnya menyatu diinduk sungai. Terdapat pada daerah dengan struktur batuan yang homogen (granit) atau lapisan sedimen horizontal.
  • Pola Aliran Rektangular
    Dibentuk oleh cabang – cabang sungai yang berkelok, berliku-liku, dan menyambung secara membentuk sudutsudut tegak lurus. Banyak dikendalikan oleh pola kekar atau sesar yang juga berpola berpotongan secara tegak lurus. Dapat terbentuk pada batuan kristalin, batuan keras berlapis horizontal.
  • Pola Aliran Trelis
    Berbentuk mirip panjang – panjang atau pola trali pagar. Pola ini merupakan ciri dari sungai yang berada pada batuan yang berlipat dan miring kuat. Sungai – sungai yang lebih besar cenderung mengikuti singkapan dari batuan lunak dan jurus (subsekuen), cabang-cabang sungainya yang masuk dari kiri kanannya adalah berjenis obsekuen atau resekuen. Induk sungai yang memotong arah struktur utama mungkin karena superposisi.
  • Pola Aliran Radial
    Terjadi dari banyak sungai jenis konsekuen yajng sentrifugal daru suatu puncak, misalnya pegunungan kubah
    atau gunung api muda. Cekungan struktur dapat pula membentuk pola aliran radial yang sentripetal ketengah.
  • Pola Aliran Annular
    Aliran yang terbentuk pada daerah kubah struktural yang telah terkikis dewasa sehingga sungai–sungai besarnya mengalir melingkar mengikuti struktur dan batuan yang lunak. Sungai-sungiai ini jenis subsekuen. Pola aliran annular dengan demikian merupakan variasi dari pola aliran trelis.

GENETIKA SUNGAI




Sungai yang dalam pembentukannya, sangat dipengaruhi oleh proses – proses diastrofisme struktur – struktur geologi yang dihasilkannya, dan lereng – lereng yang menentukan arah alirannya.

Gambar penampang jenis genetika sungai; C (konsekuen), S (subsekuen), O (obsekuen), R (resekuen)

Beberapa jenis genetika sungai antara lain :
1.       Sungai Konsekuen
Apabila mengalir searah dengan kemiringan mulai dari daerah Kubah, pegunungan blok yang baru terangkat, dataran pantai terangkat mula-mula memiliki sungai konsekuen.
  1. Sungai Subsekuen
Mengalir dan membentuk lembah sepanjang daerah lunak. Disebut juga ’strike stream’ karena mengalir sepanjang jurus lapisan.
  1. Sungai Obsekuen
Mengalir berlawanan arah dengan arah kemiringann lapisan dan juga berlawanan dengan arah aliran sungai
konsekuen. Biasanya pendek dengan gradient tajam, dan merupakan sungai musiman yang mengalir pada gawir. Umumnya merupkan cabang dari sungai subsekuen.
  1. Sungai Resekuen
Mangalir searah dengan sungai konsekuen dan searah dengan kemiringan lapisan.
  1. Sungai Insekuen
Merupakan sungai yang tidak jelas pengendaliannya tidak mengikuti struktur batuan, dan tidak jelas mengikuti kemiringan lapisan. Pola alirannya umumnya dendritik. Banyak menyangkut sungai – sungai kecil.
  1. Sungai Superimpos
Merupakan sungai yang mula – mula mengalir diatas suatu daratan aluvial atau dataran peneplain, dengan lapisan tipis yang menutupinya sehingga sehingga lapisan dibawahnya tersembunyi. Jika terdapat rejuvenasi maka sungai tersebut kemudian mengikis perlahan-lahan endapan aluvial atau lapisan penutup tersebut dan menyingkapkan lapisan tanpa mengubah banyak pola aliran semula.
  1. Sungai Asteseden
Sungai yang mengalir tetap pada pola alirannya meskipun selama itu terjadi perubahan – perubahan struktur misalnya sesar, lipatan,. Ini dapat terjadi jika struktur terbentuk atau terjadi perlahan – lahan.
  1. Anaklinal
    dipergunakan untuk sungai anteseden didaerah yang mengalami pengangkatan sedemikian sehingga kemiringannya berlawanan dengan arah aliran sungai.
  2. Compound Streams
mengairi daerah dengan umur geomorfik yang berbedabeda, ‘compound streams’ mengairi daerah dengan struktur geologi yang berlainan. Banyak sungai-sungai besar dapat dimasukan kedalam compound ataupun comporite streams misalnya sungai Bengawan solo, Citarum, Asahan, dan sebagainya.


KONSEP GEOGRAFI



A.    Konsep Geografi
             Berbagai fenomena dan gejala alam dapat kita saksikan di lingkungan sekitar. Fenomena dan gejala itu sering membangkitkan keingintahuan dan membuat kita bertanya-tanya. Misalnya, bagaimana (how) pegunungan terbentuk? Di mana (where) gempa bumi sering terjadi? Mengapa (why) permukiman padat berkembang di dataran rendah? Kapan (when) berlangsung musim kemarau? Apa (what) yang menyebabkan banjir bandang?
             Konsep dasar geografi merupakan unsur penting dalam memahami fenomena atau kejadian geografi. Penjabaran konsep geografi selalu berkaitan dengan penyebaran, relasi, fungsi, bentul, dan proses yang terjadi. Konsep dasar geografi terdiri atas sepuluh konsep sebagai berikut :
1.      Konsep Lokasi
       Konsep lokasi menujukkan lokasi atau letak suatu tempat di permukaan bumu. Konsep lokasi dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
a.    Lokasi absolut adalah lokasi yang ditentukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut bersifat tetap. Contoh: Indonesia terletak di 95o BT-141o BT dan 6o LU-11o LS
b.   Lokasi relatif adalah lokasi yang berkaitan dengan keadaan sekitarnya. Lokasi relatif sifatnya berubah-ubah. Contoh: Gunung anak Krakatau terletak di Selat Sunda dan juga terletak di Provinsi Lampung.
2.      Konsep Jarak
        Konsep jarak menunjukkan adanya jarak antara suatu wilayah dengan wilayah lain. Konsep jarak mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun pertahanan. Makin jauh jarak dua wilayah, makin kecil interaksi kedua wilayah. Jarak dibedakan menjadi jarak absolut/mutlak dan jarak relatif. Jarak absolut/mutlak diukur dengan satuan panjang. Jarak relatif diukur dengan satuan waktu.
3.      Konsep Keterjangkauan (Accessibility)
         Konsep keterjangkauan menunjukkan mudah tidaknya suatu tempat dapat dijangkau penduduk dengan memanfaatkan sarana transportasi yang ada di suatu daerah. Keterjangkauan tidak hanya dipengaruhi jarak, tetapi juga medan. Semakin besar gangguan medan, keterjangkauannya semakin kecil. Contoh: jakarta ke Cerebon (Jawa Barat) lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan Jakarta ke Pulau Kelapa ( di Kepulauan Seribu, Jakarta).
4.      Konsep Pola
    Konsep pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena di permukaan bumi. Kenampakan alam di permukaan bumi memiliki pola tertentu seperti pola aliran sungai, pola permukiman, dan pola patahan lapisan batuan. Contoh: pola permukiman memnajang terbentuk di tepi pantai.
5.      Konsep Morfologi
    Konsep Morfologi berkaitan dengan pembentukan morfologi permukaan bumi. Permukaan bumi memiliki morfologi yang berbeda-beda. Morfologi menujukkan bentuk permukaan bumi sepetri dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan sebagai hasil tenaga eksogen dan endogen. Contoh: Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah dan Danau Toba di Sumatera Utara.
6.      Konsep Aglomerasi
       Konsep aglomerasi menjelaskan alasan pengelompokkan suatu fenomnea geografi. Pengelompokkan didasarkan pada berbagai hal, misalnya jarak, efisiensi, dan faktor lingkungan, yang lebih memberi dampak positif. Pengelompokkan fenomena geografi yang sering dijumpai adalah pengelompokkan penduduk (misalnya penduduk yang berasal dari daerah sama), permukiman (misalnya permukiman elit/mewah di kota), dan pengelompokkan industri (misalnya pengelompokkan industri di kawasan industri Batam).
7.      Konsep Nilai Kegunaan
    Konsep nilai kegunaan berkaitan dengan nilai guna suatu daerah. Tiap daerah mempunyai potensi yang bisa dikembangkan sehingga bernilai guna. Nilai kegunaan suatu daerah berpengaruh terhadap perkaembangannya. Contoh: pantai berpasir putih berpotensi untuk daerah wisata.
8.      Konsep Interaksi dan Interdependensi
      Konsep interaksi dan interdependensi menujukkan keterkaitan dan ketergantungan suatu daerah dengan daerah lain. Suatu daerah berinteraksi dengan daerah lain guna memenuhi kebutuhan penduduknya karena tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dari daerahnya sendiri. Contoh: interaksi antara kota dan desa.
9.      Konsep Diferensiasi Areal
      Konsep diferensiasi areal menunjukkan bahwa suatu tempat memiliki perbedaan dengan tempat yang lain atau suatu daerah memilik kekhasan. Perbedaan dapat terjadi dalam hal misalnya bentang alam, penduduk, perekonomian dan perkembangan wilayh. Contoh: di daerah pantai penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan di daerah pegunungan penduduk bermata pencaharian sebagai pekebun,
10.  Konsep Keterkaitan Keruangan
       Konsep keterkaitan keruangan menunjukkan derajat keterkaitan antarwilayah, baik keterkaitan unsur alam atau sosial. Perbedaan potensi wilayah mendorong terjadinya interaksi antawilayah berupa pertukaran barang, manusia, ataupun budaya. Contoh: kota Jakarta didukung daerah sekitarnya yang memasok tenaga kerja.