A. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan
adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia
menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka.Suatu pengetahuan dianggap benar
bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
yang sesuai (Suparno, 2008:28).
Sehingaga
pendekatan konstruktivisme dapat di katakan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang
didasarkan pada pengetahuan.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru
yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa
secara pribadi.
Secara
umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan
sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi
terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus
dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti
Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu (konstruktivisme individu) yang utama
B. Ciri-ciri pendekatan
konstruktivisme
a) Dengan
adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik
dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b) Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
c) Setiap
siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
d) Peran
guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari
C. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme
Langkah-langkah dalam pengelolaan
pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat dari tiga sisi yakni; persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
D.
Metode Mengajar Guru dalam Pendekatan
Konstruktivisme
Pada
hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Dalam menciptakan
suasana atau pelayanan, hal yang esensial bagi guru adalah memahami bagaimana
murid-muridnya memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat
memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka ia dapat menentukan strategi atau
metode-metode pembelajaran yang tepat bagi murid-muridnya. Terjadinya proses
belajar pada murid yang sedang belajar memang sulit untuk diketahui secara
kasat mata, karena proses belajar berlangsung secara mental. Namun, dari
berbagai hasil penelitian atau percobaan, para ahli psikologi dapat
menggambarkan bagaimana proses tersebut berlangsung. Ahli psikologi
konstruktivis berpendapat bahwa proses pemerolehan pengetahuan adalah melalui
penstrukturan kembali struktur kognitif yang telah dimiliki agar bersesuaian dengan
pengetahuan yang akan diperoleh sehingga pengetahuan itu dapat diadaptasi.
Dalam
proses belajar mengajar diperlukan suatu cara atau metode untuk mencapai tujuan
belajar. Menurut Hamalik (2003:2) metode mengajar adalah suatu cara, teknik
atau langkah-langkah yang akan ditempuh dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan Roestiyah (2001:1) Metode mengajar adalah teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan
oleh siswa dengan baik.
Ada
berbagai metode yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran,
diantaranya; ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi, pemberian
tugas, bermain peran, karyawisata, inquiry, kerja kelompok, discovery,
demonstrasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu maka tidak akan semua
metode dapat digunakan. Namun yang terpenting adalah penggunaan metode harus
dikaitkan dengan situasi dan tujuan belajar yang hendak dicapai dan ditekankan
kepada keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan.
Penerapkan
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran pada tulisan ini akan lebih
banyak menggunakan metode inquiry (menemukan) dan akan dibantu
metode-metode lain yang akan dilaksanakan secara integratif dan diperkirakan
mampu dilaksanakan oleh guru mitra peneliti dan siswa di lapangan. Penjelasan
metode-metode tersebut adalah sebagai berikut.
a)
Tanya Jawab (questioning)
Bertanya
(questioning) merupakan strategi atau metode utama lainya dalam
pendekatan konstruktivisme untuk mengukur sejauh mana siswa dapat mengenali
konsep-konsep pada topik pelajaran yang akan dipelajari. Bertanya dalam sebuah
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran yang berbasis inquiry,
kegiatan bertanya merupakan bagian yang sangat penting untuk menggali
informasi, mengkonfirmasikan hal-hal yang sudah diketahui, serta mengarahkan
perhatian pada hal-hal yang belum diketahuinya.
Kegiatan
bertanya sangat berguna dalam pembelajaran yang produktif seperti dikemukakan
Nurhadi (2003: 14) adalah : a) menggali informasi, baik administrasi
maupun akademis, b) mengecek pemahaman siswa, c) membangkitkan respon
kepada siswa, d. mengetahui sejauh mana keinginan
siswa, e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, f) memfokuskan
perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, g) membangkitkan lebih
banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan h) menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.
b)
Penyelidikan/Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan sebagai hasil penyelidikan
sampai kepada menemukan sendiri bukan hasil mengingat seperangkat fakta, guru
harus berusaha selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan
untuk berbagai materi yang diajarkan. Metode inkuiri dalam proses pembelajaran
lebih bersifat student centered. Dalam pembelajaran seorang guru
hendaknya dapat mengajarkan bagaimana siswa dapat membelajarkan dirinya, karena
siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran. Belajar dengan metode
inkuiri pada dasarnya adalah cara siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Penggunaan
metode inkuiri oleh guru akan mengurangi aktivitas guru di kelas dalam arti
tidak terlalu banyak bicara, karena aktivitas lebih banyak dilakukan oleh
siswa. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi pengetahuan melainkan
menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, menemukan
fakta, konsep, menganalisis data dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan
jawaban dari suatu masalah.
Inkuiri
memberikan perhatian dalam mendorong, siswa menyelidiki secara independen,
dalam suatu cara yang teratur. Melalui Inkuiri, siswa bertanya memperoleh dan
mengolah data secara logis sehingga mereka dapat mengembangkan strategi
intelektual secara umum yang mereka gunakan untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan itu. Belajar dengan melakukan inkuiri pada dasarnya adalah cara
siswa untuk ”menemukan sendiri”, dan karena itu Bruner menyebutnya sebagai discovery.
Strategi mengajar dengan model inkuiri ini menempatkan siswa tidak hanya
dalam posisi mendengarkan, akan tetapi siswa melibatkannya dalam pencarian
intelektual yang aktif, pencarian dengan memanipulasi data yang dikumpulkan
berdasarkan pengamatan dan pengamalannya sendiri, atau oleh orang lain, untuk
dipahami dan dibermaknakan (Wiriaatmadja, 2002:137).
Metode
inkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa menggunakan sumber
belajar. Sumber belajar dipakai sebagai upaya untuk mengidentifikasi masalah
dan merumuskan masalah. Peranan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai
pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menemukan sesuatu untuk mereka sendiri.
Dalam hal ini siswa harus aktif menggunakan cara belajarnya sendiri, sehingga
mengarah pada pengembangan kemampuan berpikir melalui bimbingan yang diberikan
oleh guru. Permasalahan dalam inkuiri berkaitan dengan sumber belajar adalah
bukan pada dari mana sumbernya, tetapi lebih menekankan pada bagaimana siswa
dan guru memanfaatkan sumber tersebut dalam proses pembelajaran. Jadi sumber belajar
harus dimanfaatkan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan mengidentifikasi
masalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang terarah pada penjelasan masalah.
Langkah-langkah
inkuiri menurut beberapa ahli diantaranya adalah; Hasan, Said Hamid (1996 :14)
: langkah-langkah inkuiri adalah :
a)
Perumusan masalah,
b)
pengembangan hipotesis,
c)
pengumpulan data,
d)
pengolahan data,
e)
pengujian hipotesis, dan
f)
penarikan kesimpulan.
Menurut
Dahlan (1990:169) langkah-langkah inkuiri adalah
a)
orientasi,
b)
hipotesis,
c)
definisi,
d)
eksplorasi,
e)
pembuktian,
f)
generalisasi.
Sedangkan
menurut Joyce & Weil (2000:473-475) mengemukakan langkah-langkah inkuiri
sebagai berikut :
a)
penyajian masalah,
b)
pengumpulan data dan verifikasi data,
c)
mengadakan eksperimen dan pengumpulan
data,
d)
merumuskan penjelasan, mengadakan
analisis tentang proses inkuiri.
Menurut Nurhadi
(2003:13): adalah
a)
Merumuskan masalah,
b)
Mengamati dan melakukan observasi,
c)
Menganalisis dan meyajikan hasil
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya,
d)
Mengkomunikasikannya atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
Sebenarnya
tidak ada perbedaan yang sangat prinsipil menurut ahli tersebut tentang
langkah-langkah inkuiri. Pada intinya hampir sama, yaitu dimulai dari perumusan
masalah dan terakhir membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti memberi
makna metode inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang berusaha memecahkan
suatu permasalahan melalui langkah-langkah yang sistematis dan logis.
c)
Komunitas Belajar (Learning Community)
Komunitas
belajar atau belajar kelompok adalah pembelajaran dengan bekerjanya sejumlah
siswa yang sudah terbagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan
tertentu secara bersama-sama (Moejiono,1991/1992:60). Pengembangan pembelajaran
dalam kelompok dapat menumbuhkan suasana memelihara disiplin diri, dan
kesepakatan berperilaku. Melalui kegiatan kelompok terjadi kerja sama antar
siswa, juga dengan guru yang bersifat terbuka. Belajar berkelompok dapat
dijadikan arena persaingan sehat, dan dapat pula meningkatkan motivasi belajar
para anggota kelompok. Dengan pendekatan konstruktivisme, guru
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Kelompok siswa bisa sangat
bervariasi bentuknya, baik anggotanya maupun jumlahnya. Menurut Slavin
(1995:4-5) “kelompok yang efektif terdiri dari empat sampai enam orang, dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen”.
Pembelajaran
dengan konsep komunitas belajar dapat berlangsung apabila ada komunikasi dua
arah. Siswa yang terlibat dalam kegiatan komunitas belajar memberi informasi
yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi juga yang
diperlukan teman belajarnya. Kegiatan beIajar ini dapat terjadi apabila tidak
ada pihak yang dominan dalam berkomunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan
untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau
saling mendengarkan, pembelajaran dengan teknik komunitas belajar ini sangat membantu
pembelajaran di kelas.
Untuk
pelaksanaan metode-metode tersebut berpedoman kepada langkah-langkah yang
ditentukan dalam waktu perencanaan. Langkah-langkah pelaksanaannya dapat
dilakukan sebagai berikut.
·
Langkah pertama, siswa didorong
dan diberi motivasi agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep dari
pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan dibahas. Guru memancing dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena-fenomena yang
sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa di
beri kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang
konsep itu. Pada langkah ini penggunaan metode tanya jawab sangat diperlukan
antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa yang difasilitasi oleh guru.
·
Langkah kedua, siswa diberi kesempatan
untuk menyelidiki dan menemukan konsep-konsep dan permasalahan-permasalahan
melalui pengumpulan dan pengorganisasian dan penginterpretasian data dalam
suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Pada tahap ini guru menggunakan
metode inquiry. Secara bekerja kelompok siswa membahas kemudian mendiskusikan
temuannya dengan kelompok-kelompok lain. Secara keseluruhan tahap ini akan
memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang topik pelajaran yang dibahas pada saat
itu.
·
Langkah ketiga, Siswa
memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada observasinya ditambah
dengan penjelasan-penjelasan guru untuk menguatkan pengetehuan siswa yang telah
mereka bangun, maka siswa membangun pengetahuan dan pemahaman baru tentang
konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi
tentang konsepsinya.
·
Langkah terakhir,
guru berusaha menciptkan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
mengaplikasikan pemahaman konsepnya tentang topik pelajaran saat itu.
E.
Keuntungan dan Kelemahan dalam Menggunakan Model
Konstruktivisme
Dalam
penggunaan model konstruktivisme terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan.
Keuntungan yang terdapat dalam penggunaan model konstruktivisme yaitu :
- Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep pembelajaran.
- Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.
Di
samping memiliki beberapa keuntungan seperti yang telah diswbutkan di atas,
pembelajaran konstruktivisme juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan
pembelajaran konstruktivisme adalah :
- Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
- Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
- Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
Susanto, Hadi. (14-03-2015).https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/10/pembelajaran-konstruktivisme/
Irawan, Andhy.
(14-03-2015).http://andhy-brenjenk.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendekatan-strategi-metode_27.html
Naneng, Indri.
(14-03-2015).http://media.kompasiana.com/new-media/2013/07/03/metode-pembelajaran-kontruktivisme-570425.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar