BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya
Banjarmasin terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan. Secara geografis
Propinsi Kalimantan Selatan terletak di antara 114 19" 33" BT - 116
33' 28 BT dan 1 21' 49" LS 1 10" 14" LS, dengan luas wilayah
37.377,53 km². Kalimantan Selatan banyak memiliki sungai-sungai, Masyarakat
Kalimantan Selatan sejak dulu sangat bergantung dengan sungai, terutama bagi
masyarakat yang berada di daerah aliran sungai. Air sungai di manfaatkan oleh
masyarakat sekitarnya untuk keperluan mandi, mencuci, sampai dijadikan
kakus/jamban untuk buang air besar maupun kecil. Namun saat ini kualitas
airnya sudah tidak layak pakai, bahkan bisa digolongkan berbahaya. Terpolusinya
air sungai di Kalimantan Selatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan warganya
sendiri, seperti bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan
buangan / limbah rumah tangga maupun limbah industri semakin banyak mencemari
sungai, yang mengakibatkan berbagai masalah baik bagi manusia ataupun makhluk
hidup lainnya. Di tambah lagi limbah yang disebabkan oleh
aktivitas pertanian dan budi daya ikan semakin memperparah
pencemaran air di sungai.
Salah satu aliran sungai di Kalimantan
Selatan adalah sungai Martapura yang bermuara di kota Banjarmasin dan hulunya
di kota Martapura Kabupaten Banjar. Di Kabupaten Banjar sendiri terdapat 2800
jamban terapung sedangkan angka kandungan bakteri e-coli di sungai martapura
khususnya di wilayah Banjarmasin mencapai angka 16000 ppm sedangkan angka baku
mutunya hanya 30 ppm.
Secara awam air tercemar dapat dilihat dengan mudah,
misalnya dari kekeruhan, karena umumnya orang berpendapat bahwa air murni atau
bersih itu jernih atau tidak keruh atau dari warnanya yang transparan dan
tembus cahaya atau dari baunya yang menyengat hidung atau menimbulkan
gatal–gatal pada kulit dan ada juga yang dapat merasakan dengan lidah seperti
rasa asam dan getir, atau dari matinya organisme perairan. Kualitas air menurut
Douglass (1875) adalah karakteristik bekteriologi, fisik, radiologi dan kimia
dari air yang diperlukan oleh manusia dan tidak berbahaya bagi kesehatan dalam
rangka pengembangan suatu objek wisata kita perlu menganalisis sumber air yang
akan digunakan untuk menunjang kegiatan wisata tersebut apakah sumber air
tersebut telah memenuhi standar atau belum memenuhi standar kualitas air yang
baik bagi kesehatan. Aktivitas MCK yang dilakukan di jamban oleh masyarakat
pinggiran sungai kota Martapura menjadikan kualitas air menjadi sangat buruk.
Pencemaran air tersebut menjadi momok dalam masyarakat.
Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk,
semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya
kawasan industri memicu terjadinya peningkatan pencemaran pada air sungai. Hal
ini disebabkan karena semua limbah dari daratan, baik yang berasal dari
pemukiman perkotaan maupun yang bersumber dari kawasan industri dibuang ke
sungai. Limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, perhotelan, rumah sakit
dan industri rumah tangga yang terbawa oleh air sisa-sisa pencucian akan
terbuang ke saluran drainase dan masuk ke kanal. Limbah yang dibuang pada
tempat pembuangan sampah akan terkikis oleh air hujan dan terbawa masuk ke
kanal atau sungai.
Selain itu pencemaran kualitas air juga diakibatkan
karena aktivitas MCK yang dilakukan di jamban secara langsung memperburuk
keadaan sungai.
Menurut kami ini bukan permasalahan yang sepele.
Kita telah gagal mencegah terjadinya penurunan mutu air, maka dari itu kami
mengangkat permasalahan ini menjadi pokok bahasan makalah kami.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah
Limbah Industri dan Pertambangan aktivitas MCK, dapat menyebabkan pencemaran
air?
2. Apa
dampak yang ditimbulkan oleh Limbah industri, pertambangan dan aktivitas MCK
terhadap kualitas air?
3. Solusi
apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi pencemaran air yang disebabkan
oleh aktivitas MCK?
4. Bagaimana Cara pengendalian pencemaran sungai
?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
memberikan solusi dalam mengatasi dampak pencemaran air yang disebabkan oleh
pembuangan limbah industri, pertambangan, dan aktivitas MCK.
2. Memberitahukan
kepada para pembaca akan bahaya pembuangan limbah industri, pertambangan serta
Aktivitas MCK.
D.
Batasan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami hanya
membahas masalah pencemaran air yang terjadi akibat pembuangan limbah industri,
pertambangan dan aktivitas MCK di sungai Martapura beserta dampak dan solusi
pencemaran tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Sejarah
Perkembangan Kawasan Sungai Martapura
Sejak
jaman dahulu, Kota Banjarmasin telah berkembang dalam segi pelayaran dan
transportasi air. Setiap kegiatan keseharian tidak pernah terlepas dari
jalur-jalur air. Untuk pergi dari suatu tempat ke tempat lain, masyarakat
memanfaatkan sungai maupun kanal yang ada di kota tersebut. Tempat-tempat
penting di Kota Banjarmasin dihubungkan oleh jalur-jalur air, baik yang alami
ataupun yang sengaja dibuat. Penggunaan jalur darat sewaktu itu masih belum
dimanfaatkan dengan baik karena cepat rusaknya struktur jalan di darat karena
keadaan tanah yang sering tergenang air. Seiring berjalannya waktu, pembangunan
jalur darat di Kota Banjarmasin semakin pesat. Pembangunan lebih terfokus
terhadap penyediaan sarana dan prasarana transportasi darat. Semakin lama,
masyarakat Kota Banjarmasin semakin beralih dari penggunaan jalur air ke jalur
darat. Sementara itu, ketersediaan lahan di darat yang semakin sempit
menyebabkan permukiman merambah hingga ke pinggir sungai, bahkan ke dalam badan
sungai. Hal ini mengakibatkan perubahan penutupan lahan di riparian sungai.
Perubahan penutupan lahan pada riparian Sungai Martapura menjadi permukiman
menimbulkan dampak buruk terhadap keberlangsungan sungai tersebut. Disamping
itu sampah, gulma, pendangkalan dan penciutan lebar sungai serta pemandangan
kumuh telah juga menurunkan kualitas fisik dan visual sungai. Sampah dan
tumbuhan gulma tersebut sering menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan
transportasi sungai. Pencemaran air sungai juga menyebabkan penurunan terhadap
produksi ikan pada sungai tersebut.
B. Limbah Industri
Industri membuang berbagai macam
polutan ke dalam air antara lain: logam berat, toksin,minyak, nutrien, dan
padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan
oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air. Untuk
mengetahui tingkat pencemaran air dapat dilihat melalui besarnya kandungan O2
yang terlarut. Ada dua cara yang digunakan untuk menentukan kadar oksigen dalam
air, secara kimia dengan COD (Chemical Oxygen Demand dan BOD (Biochemical
Oxygen Demand) secara biologi. Makin besar harga BOD semakin tinggi pula
tingkat pencemarannya. (sentra-edukasi, 2
C.
MCK
MCK
singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus yang bisa saja berupa tinja, detergen, urine
dan lain sebagainya. MCK umum (jamban) adalah salah satu sarana fasilitas umum
yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci,
dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup
padat dan tingkat kemampuan ekonomi rendah.
D.
Tinja
Pembuangan tinja yang
tidak pada tempatnya seringkali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air
bersih, kondisi-kondisi seperti ini akan berakibat terhadap kesehatan.
Disamping itu pula menimbulkan pencemaran lingkungan dan bau busuk serta
estetika. Air yang telah tercemar mudah sekali menjadi media berkembangnya
berbagai macam penyakit. Air secara fisik merupakan media peralatan dalam
menularkan organisme penyakit, air minum sehingga mengakibatkan infeksi.
Organisme berada di air karena air tercemar oleh kotoran penderita. Pembuangan
tinja manusia yang tidak memenuhi syarat kesehatan seringkali berhubungan
dengan kurangnya penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainya. Jamban
dapat memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap status
kesehatan penduduk. Pengaruh langsung, misalnya dapat mengurangi insiden
penyakit tertentu, sedangkan pengaruh yang tidak langsung berkaitan dengan
komponen sanitasi lingkungan. Pembuangan tinja disembarang tempat dapat
menimbulkan penularan berbagai penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja antara laian : Amoebiasis, Cholera, Stigellosis,
Poliomyelitis, dan Typuhus.
E.
Detergen
Saat
ini deterjen telah menjadi bahan pembersih yang tidak asing bagi seluruh
lapisan masyarakat, baik yang tinggal di kampung, desa maupun kota. Hal ini
disebabkan karena deterjen dengan “surfaktan” nya mampu menghasilkan buih
diberbagai jenis air dengan jumlah yang lebih banyak dan mempunyai daya
pembersih yang jauh lebih baik daripada sabun. Sangat disayangkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang deterjen dengan surfaktan ini hanya terbatas
pada sisi kelebihannya saja, tanpa mengetahui sisi kekurangannya. Tanpa
bermaksud menyalahkan pihak manapun, yang jelas saat ini buih-buih putih dengan
mudahnya dapat kita lihat diberbagai perairan umum disekitar kita seperti
sungai, bendungan dan waduk. Buih-buih yang menutupi permukaan air tersebut,
baik dari jenis linier alkylsulfonate (LAS) yang “biodegradable maupun jenis
alkyl benzene sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut dipastikan dapat
mengganggu kehidupan organisme yang ada dibawahnya baik yang hidup didasar air
seperti Chironomous sp; bergerak dibadan air seperti Daphnia carinata dan dipermukaan
air seperti Culex sp. Dampak negatif limbah deterjen terhadap ketiga organisme
tersebut belum banyak dipublikasikan, namun terhadap anak ikan telah cukup
banyak dan sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut ini. Beberapa publikasi
mengungkapkan bahwa keberadaan deterjen dalam suatu badan air dapat merusak
insang dan organ pernafasan ikan. Kerusakan insang dan organ pernafasan ikan
ini menyebabkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigen
terlarutnya rendah menjadi menurun. Padahal keberadaan busa-busa dipermukaan
air diduga menyebabkan menurunnya oksigen terlarut dalam air tidak bisa
bertambah karena hubungan dengan udara bebas tertutup. Dengan demikian
organisme dalam badan air akan mati bukan karena keracunan, namun karena
kombinasi kerusakan organ pernafasan dan kekurangan oksigen. Selain merusak
insang dan organ pernafasan ikan yang pada gilirannya dapat menyebabkan
kematian ikan tersebut diatas, telah dipublikasikan pula bahwa keberadaan
pencemar deterjen mengganggu kebiasaan makanan ikan yang pada gilirannya
mengganggu pertumbuhan dan perkembang biakannya tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kuantitas
dan Kualitas
Di beberapa titik sungai Martapura kedalaman air
hanya 2,2 meter dari permukaan air terendah (lowest water surface/LWS) dan dan
bisa mengandaskan kapal. Lebar alur Sungai Martapura saat ini juga menciut.
Dari
data-data yang dapatkan diduga air Sungai Martapura, yang selama ini menjadi
tumpuan hidup warga Banjarmasin dan sekitarnya dinyatakan tercemar berat limbah
air dengan kadar keasaman tinggi dari limbah perusahaan stock pile (lapangan
penumpukan) barubara yang beroperasi di wilayah ini, sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi. Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan mengatakan tercemarnya
sungai Martapura dan beberapa sungai lainnya bisa mengakibatkan kecacatan
terhadap bayi maupun warga, bila air tersebut tidak diolah secara benar.
Hal
ini disebabkan di KalSel cukup banyak adanya tambang-tambang emas dan batubara
yang mengandung limbah yang cukup tinggi dan langsung dibuang di kawasan
Pelambuan tepian sungai tersebut. Hal tersebut tercermin dari masih tingginya
kejadian seperti keracunan dan timbulnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Kondisi ini disebabkan masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air
bersih dan penggunaan jamban keluarga yang tidak memperhatikan ketentuan
kesehatan. Air limbah perusahaan tambang batubara yang mencemari Sungai Martapura
itu ternyata tingkat keasamannya cukup tinggi, yakni pH-3 padahal air limbah
yang aman untuk lingkungan seharusnya pH-7. Dengan kadar keasaman yang tinggi,
air limbah itu dikhawatirkan merusak kehidupan biota sungai yang ada di kawasan
tersebut, padahal di sungai tersebut diketahui begitu banyak spesies udang dan
ikan, baik ikan air tawar maupun air payau. Buktinya dari hasil pemantauan,
tidak ada penghijauan di kawasan operasi penumpukan batubara, selain itu tidak
dibuatkan sistem drainase yang benar di wilayah itu, akhirnya seringkali
terjadi genangan air yang merembes ke jalanan umum serta ke pemukiman, belum
lagi debu batubara selalu beterbangan ke sana kemari di kawasan itu lantaran
tumpukan batubara terlalu tinggi. Kalau perusahaan tersebut masih tidak
memperbaiki sistem lingkungan di kawasan tersebut, kemungkinan perusahaan
tersebut akan ditutup sebelum ijin operasi mereka habis. Berdasarkan catatan
terdapat lima perusahaan stockpile di Banjarmasin dianggap mencemari lingkungan
terutama terhadap udara dan air sungai.
a)
Pencemaran
Limbah dan Penambangan
Biasanya air sungai atau air sumur
sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih, berubah menjadi
keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh
warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air
minum. Terhadap kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari
yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat
genetik pada anak cucu dan generasi berikut.
Dari data yang dimiliki WALHI Kalimantan
Selatan dari Tahun 2008 sampai saat ini kondisi air sungai di Martapura dinilai
sudah tercemar zat berbahaya bagi kesehatan manusia, yakni bisa merusak sel
syaraf otak. Zat berbahaya itu antara lain logam berat seperti merkuri, timbal,
besi dan air raksa (emas).
Air raksa atau merkuri (Hg) adalah salah
satu logam berat dalam bentuk cair. Manusia telah menggunakan merkuri oksida
(HgO) dan merkuri sulfida (HgS) sebagai zat pewarna dan bahan kosmetik sejak
jaman dulu.
Dewasa ini merkuri telah digunakan
secara meluas dalam produk elektronik, industri pembuatan cat, pembuatan gigi
palsu, peleburan emas, sebagai katalisator, dan lain-lain. Penggunaan merkuri
sebagai elektroda dalam pembuatan soda api dalam industri makanan seperti
minyak goreng, produk susu, kertas timah, pembungkus makanan juga kadang
mencemari makanan tersebut.Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada
anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan kawasaki
disease/mucocutaneous lymph node syndrome. Selain itu, juga bisa menyebabkan
penyakit saraf, lumpuh, kehilangan indera perasa dan dapat menyebabkan
kematian.
”Ada beberapa kasus pencemaran air
sungai Martapura yang diakibatkan oleh kegiatan industri dan penambangan,
seperti pembuangan limbah industri ke aliran sungai oleh PT Galuh Cempaka,
penambangan emas yang menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dengan pasir.
Merkuri yang jatuh ke air akan memunculkan reaksi lanjutan (residu) yang jika
diuraikan bakteri akan menjadi senyawa beracun bernama metil merkuri (CH3Hg).
Apabila merkuri yang jatuh ke air melalui sisa-sisa ikatan tambang emas sampai
ke dasar sungai, sifatnya sudah beracun (toksin). Pada manusia, dampaknya bisa
mengenai kinerja saraf tubuh. Ambang batas aman kandungan merkuri dalam air
hanyalah 0,01 miligram. Di atas itu, sudah bisa dipastikan secara bertahap
kandungan ini akan terakumulasi tingkat bahayanya bagi makhluk hidup. Salah
satunya melalui rantai makanan di sekitar sungai. Tidak hanya di dalam air saja
merkuri membahayakan. Pada saat proses pengolahan ternyata juga cukup rawan
bagi kesehatan manusia. Mereka yang membakar emas hasil penambangan menggunakan
merkuri, terancam gangguan saluran pernafasan. Saat emas diolah udara yang
dihirup masuk hingga menuju paru-paru” Terang Dir Kampanye Walhi Kalimantan
Selatan Dwitho Frasetiandy.
Dikatakannya, Seperti yang terjadi di
sungai Riam Kiwa, di mana airnya tercemar oleh lemak/minyak dan raksa karena
proses penambangan emas. Dalam ketentuan, zat raksa di setiap liter air paling
tinggi 0,001, sedangkan lemak/minyak harus nihil atau tidak ada. Namun, di
sejumlah titik pada Sungai Riam Kiwa ditemukan zat raksa dan lemak yang
melebihi ambang batas. Sampel yang diambil di Pengaron menunjukkan raksa 0,044;
Mataraman 0,057; Martapura 0,051 dan Sungai Tabuk 0,051. Sedangkan kandungan
lemak/minyak di Pengaron ada 11, Mataraman 1, Martapura 2 dan Sungai Tabuk 0.
Semestinya, kandungan lemak/minyak harus tidak ada agar memenuhi standar
kesehatan air.
Untuk pencemaran air sungai yang
disebabkan oleh proses penambangan, salah satu kasus yang terjadi adalah sistem
pembuangan air limbah penambangan oleh perusahaan pertambangan batu bara PT
Tanjung Alam Jaya yang menuju Sungai Riam Kiwa, Kabupaten Banjar, Kalsel yang
menyebabkan kekeruhan air sangat parah karena banyaknya jumlah sedimen yang
terbawa arus dari pertambangan. Tingkat kekeruhan air di sungai itu sudah
mencapai 438 miligram per liter. Padahal, toleransinya 400 miligram per liter.
Tingkat kekeruhan yang melebihi ambang batas selain mengancam kematian ikan di
sungai itu juga menyebabkan terganggunya kesehatan manusia karena air digunakan
untuk mandi dan konsumsi sehari-hari. Sedangkan unsur lainnya seperti mangan
dan besi masih di bawah ambang toleransi. Kondisi ini memperlihatkan begitu
hebatnya tingkat erosi di sekitar sungai dan anak-anak Sungai Riam Kiwa yang
diperkirakan akibat kegiatan penambangan batu bara.
Sedangkan di Banjarmasin hampir seluruh
sungainya tercemar oleh logam berat. Untuk sungai Martapura dengan 8 titik
pantau. Yaitu di perairan muara Sungai Martapura, di atas aliran Sungai Barito,
tepatnya di kawasan perairan Pasar Terapung, kawasan perairan dekat PT Wijaya
Tri Utama, kawasan perairan di belakang pabrik karet Banua Lima Sajurus,
kawasan perairan Simpang Empat Sungai Andai, perairan belakang Banua Anyar tepatnya
dekat warung Soto Amat, perairan Sungai Tabuk, serta kawasan perairan belakang
Pondok Darul Salam. Di perairan Sungai Martapura inilah ditemukan pencemaran
logam berat, yang seluruhnya sudah melampaui ambang batas. Untuk merkuri (Hg)
misalnya, sudah mencapai 5,876. Sedangkan untuk pencemaran yang disebabkan
pertambangan batubara dan besi (Fe) sebesar 16,209, semestinya batas normalnya
hanya 0,3. Timbal (Pb) sudah mencemari sebesar 0,125 untuk batas normalnya
hanya 0,3.
b)
Pencemaran
Akibat Aktivitas Penduduk
Pada tahun
2013 Data menyebutkan pencemaran air limbah di Banjarmasin, kondisi
mengkhawatirkan, air sungai dan air lingkunan permukiman penduduk tercemar
berat tinja manusia, akibat pencemaran tinja ini, air lingkungan
Banjarmasin tidak sehat, karena tinja mengandung bakteri coli.
Baktari coli di sungai Banjarmasin tercatat 16000 PPM, dengan batas baku
mutu hanya 30 PPM. Selain buangan tinja, buangan air limbah rumah tangga,
industri juga turut andil tercemarnya air sungai di Banjarmasin.
Aktivitas MCK di sungai Martapura
berpengaruh buruk terhadap kualitas air. Aktivitas MCK di jamban pinggiran
sungai Martapura tentu jauh dari standar sanitasi yang baik. Aktivitas MCK
tersebut dapat menjadi salah satu pencemar air di sungai Martapura. Bahan-bahan
pencemar yang paling banyak ditemukan dari aktivitas MCK di jamban yaitu tinja
dan detergen. Tinja yang dihasilkan dari aktivitas MCK dapat menyebabkan bau
busuk dan mengurangi estetika. Hal ini tetntu saja mengganggu kenyamanan warga
sekitar yang ada di pinggiran sungai. Air yang telah tercemar oleh tinja mudah
sekali menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit. Air secara fisik
merupakan media peralatan dalam menularkan organisme penyakit, yaitu melalui
air minum sehingga mengakibatkan infeksi.
Organisme yang berada di air menjadi
tercemar oleh kotoran penderita. Dampak dari pembuangan tinja disembarang
tempat dapat menimbulkan penularan berbagai penyakit yaitu diantaranya
amoebiasis, cholera, stigellosis, poliomyelitis, dan typhus. Deterjen
mengandung surfaktan yang mampu menghasilkan buih diberbagai jenis air dengan
jumlah yang lebih banyak dan mempunyai daya pembersih yang jauh lebih baik
daripada sabun. Buih-buih yang menutupi permukaan air tersebut, baik dari jenis
linier alkylsulfonate (LAS) yang biodegradable maupun jenis alkyl benzene
sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut dipastikan dapat mengganggu
kehidupan organisme yang ada dibawahnya baik yang hidup didasar air seperti
Chironomous sp; bergerak dibadan air seperti Daphnia carinata dan dipermukaan
air seperti Culex sp.
Dampak yang ditimbulkan dari keberadaan
deterjen dalam suatu badan air adalah dapat merusak insang dan organ pernafasan
ikan. Kerusakan insang dan organ pernafasan ikan ini menyebabkan toleransi ikan
terhadap badan air yang kandungan oksigen terlarutnya rendah menjadi menurun.
Padahal keberadaan busa-busa dipermukaan air diduga menyebabkan menurunnya
oksigen terlarut dalam air tidak bisa bertambah karena hubungan dengan udara
bebas tertutup. Dengan demikian organisme dalam badan air akan mati bukan
karena keracunan, namun karena kombinasi kerusakan organ pernafasan dan
kekurangan oksigen. Solusi dari pencemaran air yang disebabkan oleh aktivitas
MCK yang ada di pinggiran sungai Martapura adalah dengan cara menghentikan
aktivitas MCK di jamban seperti melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar
tentang bahaya MCK bagi kesehatan lingkungan mereka sehingga meningkatkan
kesadaran akan pentingnya menjaga salah satu sumber kehidupan mereka yaitu air.
Solusi dalam bidang pemerintahan yaitu meniadakan jamban dan memperbanyak WC
umum agar masyarakat bisa menggunakan WC tersebut sebagai pengganti jamban,
untuk itu diperlukan pengawasan secara rutin agar program ini dapat berjalan
dalam jangka waktu yang panjang sehingga dapat menghindari munculnya jamban
illegal. Selain solusi tersebut, permasalahan pencemaran yang diakibatkan oleh
aktivitas MCK ini juga dapat diselesaikan dengan meningkatkan perekonomian
masyarakat. Dan dengan cara tidak membuang limbah industri dan pertambangan di
sungai agar sungai tidak tercemar lagi yaitu dengan membuat waduk kecil yang
disebut dengan embung sebelum pembuangan akhir (sungai atau laut). Embung
tersebut harus dijadikan sebagai muara buangan air limbah pertambangan rakyat
sehingga terkonsentrasi pada satu tempat. Pada embung tersebut ditumbuhkan eceng
gondok yang akan mengadsorpsi logam berat yang terlarut didalamnya. Sebagai
pengolahan akhir sebelum dibuang ke pembuangan air dapat digunakan saringan
karbon aktif untuk mengadsorbsi kandungan sisa yang belum dapat di absorbsi
oleh eceng gondok. Saringan karbon aktif memiliki resolusi/derajat
pemisahan yang sangat tinggi sehingga menjamin kandungan logam berat sangat
rendah. Karbon aktif secara sederhana dapat dengan mudah dibuat dari arang
melalui proses aktifasi dapat dijadikan karbon aktif melalui aktifasi fisik
dengan pemanasan pada temperatur 600-800 °C selama 3-6 jam.
c) Dampak
terhadap kualitas air tanah
Pencemaran
air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur di
Banjarmasin. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran
tersebut.
d) Dampak
terhadap kesehatan
Peran air
sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
·
Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
·
Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
·
Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.
B.
Cara
pengendalian pencemaran air sungai
Cara
penanggulangan pencemaran air :
1.
Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak
merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
2.
Tidak membuang sampah ke sungai.
3.
Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
4.
Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah
yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak
ekosistem.
5.
Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar
sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar.
Selain itu dalam menyikapi permasalahan pencemaran air ini, Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat, menetapkan
beberapa cara penanggulangan pencemaran air yang bisa diterapkan oleh kita.
Beberapa cara penanggulangan pencemaran air tersebut di antaranya sebagai
berikut :
a)
Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan
Lingkungan.
1.
Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri
dan domestik.
2.
Mengurangi beban emisi dari kendaraan bermotor dan
industri.
3.
Mengawasi pemanfaatan B3 dan pembuangan limbah B3.
4.
Mengembangkan produksi yang lebih bersih (cleaner
production) dan EPC (Environmental Pollution Control Manager).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah ini adalah :
1. Aktivitas
MCK yang dilakukan masyarakan di pinggiran sungai Martapura dapat mencemari
air.
2. Aktivitas
MCK menghasilkan tinja yang menyebabkan bau busuk dan mengurangi estetika.
Selain itu tinja juga menyebabkan berbagai macam penyakit.
3. Detergen
yang dihasilkan dari akivitas MCK dapat merusak ekosistem air, khususnya organ
pernapasan ikan (insang).
4. Solusi
untuk mengurangi pencemaran air akibat aktivitas MCK yaitu melakukan
sosialisasi kepada masyarakat, meniadakan jamban dan memperbanyak WC umum,
serta meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dan dengan cara tidak membuang limbah industri dan pertambangan di
sungai agar sungai tidak tercemar lagi yaitu dengan Membuat waduk kecil yang
disebut dengan embung sebelum pembuangan akhir (sungai atau laut). Embung
tersebut harus dijadikan sebagai muara buangan air limbah pertambangan rakyat
sehingga terkonsentrasi pada satu tempat. Pada embung tersebut ditumbuhkan
eceng gondok yang akan mengadsorpsi logam berat yang terlarut didalamnya.
Sebagai pengolahan akhir sebelum dibuang ke pembuangan air dapat digunakan
saringan karbon aktif untuk mengadsorbsi kandungan sisa yang belum dapat di
absorbsi oleh eceng gondok. Saringan karbon aktif memiliki resolusi/derajat
pemisahan yang sangat tinggi sehingga menjamin kandungan logam berat sangat
rendah. Karbon aktif secara sederhana dapat dengan mudah dibuat dari arang
melalui proses aktifasi dapat dijadikan karbon aktif melalui aktifasi fisik
dengan pemanasan pada temperatur 600-800 °C selama 3-6 jam.
B.
SARAN
Sebaiknya aktivitas MCK yang dilakukan di jamban
oleh masyarakat pinggiran sungai Martapura segera diatasi, serta pembuangan
limbah pencemarannya juga segera ditanggulangi demi kenyamanan dan kesehatan
warga sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
http://iwanheryawan.wordpress.com/
Komarawidjaja, Wage. 2004.
Jurnal
Kontribusi Limbah Detergen Terhadap Status Kehidupan Perairan di Das Citarum
Hulu. Direktorat Teknologi Lingkungan BPP.
MANA HASIL ANALISIS SAMPEL UJINYA?
BalasHapus